Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 17 November 2023

Pingsan Saat Upacara

 

Kegiatan upacara merupakan kegiatan yang menanamkan kedisiplinan. Pada kegiatan ini juga dijadikan kesempatan untuk memberikan informasi-informasi umum oleh pembina upacara terutama oleh Kepala Madrasah.

 

Begitupun juga di Madrasah setiap hari Senin upacara bendera tak pernah ketinggalan dilaksanakan. Barisan yang lurus, seragam yang rapi menambahkan kenikmatan kita waktu melihatnya.

 

Namun tentu saja tidak selamanya pelaksanaan upacara berjalan lancar sesuai dengan keinginan. Ada saja gangguan yang muncul ketika upacara dilaksanakan. Seperti pagi itu, sejak awal barisan susah diatur sehingga harus berkali-kali Pak Memet meluruskan barisan namun tidak juga kunjung baik barisan. Akhirnya setelah beberapa menit selesailah sudah meluruskan barisan.

Tibalah upacara dimulai, namun sudah muncul kesalahan ketika protokol salah menyebutkan tanggal, serentak suara hu... bergemuruh. upacara tetap dilanjutkan, kali ini tanpa ada halangan. Sampai tibalah pembina upacara menyampaikan amanatnya.

 

Mungkin karena terlalu asyik dengan ceramahnya atau banyak masalah yang harus disampaikan, sampai menit ke-15 masih juga belum selesai. Kasak-kusuk siswa mulai terdengar, pertahanan kaki yang lurus mulai bengkok hingga terdengar suara berdebum. Rupanya salah seorang murid pingsan kelelahan.

 

Dua orang guru muda langsung mengambil langkah cepat, sayangnya tubuh siswi yang pingsan ini terlalu gemuk sehingga mereka berdua tak kuat mengangkatnya. Maka dipanggillah dua orang siswa, senyum simpul siswa yang menyaksikan mulai muncul. Berempat mereka mengangkat tubuh subur yang pingsan ini. Namun tetap saja mereka keberatan. Sampai pada beberapa langkah saking beratnya salah satu pengangkat tak sengaja melepaskan pegangan, tak ayal tubuh gendut itu jatuh, serempak ketawa peserta upacara membahana. Sedangkan yang pingsan langsung siuman.

 

Sambil senyum-senyum siswi tersebut berjalan menuju UKS, sedangkan guru yang mengangkat tadi sambil tertawa berkata: “Zel, besok kalau sudah nggak kuat baris langsung mundur aja ya, jangan merepotkan kita-kita.” Sedangkan pembina upacara langsung menutup sambutan. Legalah semua dengan akhir tragis upacara Senin tersebut.

Kamis, 12 Oktober 2023

Guru Ditakuti Masjid Dikencingi

 


 

Seperti biasa sebelum pulang siswa-sisiwi MI diwajibkan melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah. Namanya anak kecil tentu tak heran jika celotehan mereka kadang membuat telinga berdenging. Jika tak mengingat bahwa marah akan membahayakan psikologi anak tentu semua guru yang ikut mendampingi pelaksanaan kegiatan ini akan menumpahkan emosi.

 

Siang itu, suasana panas di musim kemarau yang begitu panjang. Kelaparan yang melanda, sedangkan siswa yang diatur berlarian ke sana kemari berkejar-kejaran, ada yang teriak tidak karuan bahkan ada yang menangis membuat beberapa guru hampir saja tak bisa menahan emosi. Melihat situasi ini segera saja Kepala Madrasah yang kebetulan di situ memanggil Pak Thoyib dengan suara keras. Rupanya suara itu berhasil mencuri perhatian beberapa siswa. Suasana ramai lumayan  berkurang. Pak Thoyib segera memenuhi panggilan Sang Kepala, sesaat kemudian Pak Thoyib ke depan dan memerintahkan semua anak agar duduk diam.

 

“Assalamu’alaikum, anak-anak” kata Pak Thoyib mengawali

 

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,” serempak siswa menjawab.

 

“Saya hanya ingin menyampaikan bla bla bla.” Intinya Pak Thoyib meminta kepada seluruh siswa agar jangan ramai menjelang jamaah, hendaknya mereka langsung menempati shaf depan jika sudah wudhu tidak usah banyak bergurau.

 

“Agar saya tidak kena marah Kepala Madrasah lagi, lihat sendiri tadi kan saya dipanggil keras sekali?” kata Pak Thoyib sedikit berbohong. Setelah pengarahan segera sholat dhuhur ditunaikan, suasana aman terkendali namun ketika rakaat ketiga ribut-ribut terdengar dari shaf tengah.

 

“Arif ngompol, Arif ngompol!” teriak beberapa anak. Mereka langsung lari menjauh. Demi mendengar teriakan ini, kekhusyu’an Pak Thoyib berkurang maka dipercepatlah sholatnya.

 

Ternyata benar setelah semua disuruh untuk keluar, tepat di tengah-tengah masjid ada air menggenang. Itulah air kencingnya. Parahnya air itu tidak jauh dari Kepala Madrasah, Pak Dayat. Wajah Pak Dayat terlihat merah entah malu, marah atau menahan tawa?

 

Pak Udin bertindak cepat, anak tersebut langsung diangkat agar najis tidak melebar, ketika di kamar mandi sambil membersihkan celana anak tersebut ditanya: “Kenapa, lho Rif tadi sampai ngompol, kamu sudah besar, kan bisa langsung ke belakang untuk kencing?”

 

Sambil menahan tangis anak itu menjawab, “Habisnya kata Pak Dayat kalau sholat tidak boleh pindah-pindah, saya kan takut Pak nanti Pak Dayat marah-marah.” Hem, sebuah kepatuhan yang tidak memakai akal. Pak Udin geleng-geleng kepala menahan tawa.

 

Jadinya hari itu guru mendapat tugas tambahan, lapar ditahan dulu, badan semakin berkeringat karena harus mengepel masjid padahal masjid begitu lebar. Kesabaran memang harus selalu diuji.

Senin, 09 Oktober 2023

Hantu yang Ingin Eksis

 


 

Saya pernah mengeluarkan tiga album sholawat ketika zaman VCD masih diburu penggemar. Tahun 2009, 2014, dan 2017. Asal tahu saja dari album pertama dan kedua lagu-lagu yang masukkan mayoritas adalah ciptaan saya sendiri selaku menejer group. Hanya syairnya saja yang mengambil dari buku kumpulan sholawat.

 

Banyak tempat yang menjadi inspirasi untuk menciptakan lagu, mulai dari jalan, persawahan, bahkan sampai ruang kelas. Menyangkut hal tersebut ada kejadian yang pertama saya alami dan sampai tulisan ini saya buat tak pernah mengalaminya lagi.

 

Syahdan ketika ujian nasional tahun 2011 dilangsungkan kebetulan saya mendapat tugas untuk mengambil kekurangan LJUN (Lembar Jawaban Ujian Nasional) ke KKM (Kelompok Kerja Madrasah) yang berkantor di MTsN Mojokerto. Sudah biasa dalam perjalanan saya melantunkan lagu-lagu yang lagi in atau yang paling sering adalah lagu-lagu Rhoma Irama kesukaan saya. Karena bosan sejak berangkat sampai setengah perjalanan pulang nyanyi Rhoma terus akhirnya saya putuskan untuk menyanyi lagu sholawat apalagi setelah teringat beberapa waktu lalu Kepala Madrasah SMS agar vol. 2 segera diproses. Maka semangatlah dalam perjalanan pulang tersebut saya mencari nada-nada yang pas. Syukurlah saya terinspirasi lagu Mayada yang berjudul Birosulillah, sekali lagi alhamdulillah ternyata lagu yang saya dapat tetap syair tersebut hanya saja saya mendapatkan nada yang berbeda.

 

Maka dengan maksud agar tidak lupa di sepanjang perjalanan lagu tersebut saya nyanyikan hingga tiba di area madrasah. Setelah saya berikan LJUN kepada panitia UN yang lain langsung saja saya menuju ke sebuah tempat. Sebagaimana kebiasaan sebelumnya kalau saya menemukan lagu langsung saya rekam lagu tersebut agar tidak lupa. Setelah masuk dalam ruang dan duduk di kursi paling pojok saya menyanyikan lagu tersebut hampir 1 menit selesai.

 

Namun keheranan menghampiri ternyata yang terdengar seperti suara angin berhembus atau ombak yang berkejaran. Ah, mungkin ini suara yang direkam istri kemarin ketika ke Pantai Parangtritis.

 

Saya ulangi lagi merekam lagu tersebut. Setelah selesai ternyata suara masih seperti tadi hanya saja kali ini ada suara yang mendesah dan memanggil nama saya, HA....RIS. Wuih dasarnya saya emang takut dengan hantu langsung saja saya keluar ruangan dan menata hati apa benar itu hantu yang mau ngomong dengan saya.

 

Peristiwa ini mau tak mau saya tanyakan ke semua orang yang mengerti dunia gaib, ternyata memang benar itu adalah hantu yang mungkin mau minta tolong saya (hi...) atau mungkin saja ingin membuktikan kepada saya bahwa barang elektronik pun bisa dipakai komunikasi oleh hantu.

 

Entah karena Madrasah yang dekat kuburan atau memang saya yang layak dijadikan teman. Eh...

Rabu, 04 Oktober 2023

Makam yang Murka

 

Sudah jamak dilakukan para pejabat di negeri ini kalau ada maunya ada saja yang dilakukan. Mulai dari menyumbang berbagai tempat atau anjangsana ke para kyai di daerahnya. Kyai yang hidup sudah pasti dikunjungi, yang sudah wafat pun masih dimintai berkah.

 

Memang sih meminta berkah tak ada larangannya tapi kalau ada maunya kadang bukan berkah yang didapat malah bencana yang menghampiri.

 

Alkisah pada tahun 2010 di Mojokerto ada gawe besar pemilihan bupati. Berbagai janji manis mereka tawarkan. Kemudahan mereka ajukan. Kesejahteraan mereka usahakan. Tentu kalau mereka dipilih dan terpilih menjadi bupati.

 

Usaha materi dengan mengeluarkan banyak uang pasti sudah mereka lakukan. Usaha rohani masing-masing kandidat tentu punya cara tersendiri. Nah, suatu hari salah satu dari kandidat ziarah ke makam Mbak KH. Musthofa di daerah Desa Canggu Kec. Jetis yang memang sudah terkenal menjadi jujugan para peziarah yang ingin ngalap berkah dengan bertawassul kepada beliau.

 

Tak sedikit yang berhasil dengan hajat mereka. Dan rupanya salah satu calon bupati ini mendengar karomah yang dimiliki makam KH. Musthofa. Maka pada hari itu mau tak mau karyawan dan guru Madrasah dibuat bangga karena kunjungan bupati incumbent ini, namun ada pula yang biasa-biasa saja bahkan ada yang mencibir karena bupati ini ke Madrasah pas ada maunya sedangkan dulu-dulu kemana, Bung?

 

Tiba di Madrasah Pak Bupati langsung minta izin ke takmir untuk menuju area makam. Namun, tanpa diduga dan inilah yang terjadi pertama kalinya di masjid Madrasah ketika Pak Bupati mulai masuk area makam tiba-tiba tegel (keramik) retak dibarengi suara keras dan terbang ke atas hampir mengenai beberapa orang di sekitar Bupati. Dan ketika doa-doa telah dilantunkan beberapa saat kemudian terjadi kembali hal serupa kali ini ada kaki salah seorang yang terluka.

 

Sebagian orang sudah menduga pasti kejadian ini adalah pertanda bahwa Mbah KH. Musthofa tidak merestui kedatangan bupati tersebut. Ada yang menduga lagi Mbah KH. Musthofa tak sekadar tidak merestui tapi beliau murka karena makamnya dikunjungi oleh orang yang hatinya kotor.

 

Memang terbukti, dalam pemilihan tersebut bupati incumbent ini tidak memenangkan pemilihan. Parahnya lagi 2 tahun kemudian dia terbukti korupsi dana APBD.

 

Masyaallah, dengan peritiwa ini semakin terbukti bahwa KH. Musthofa bukanlah kyai biasa melainkan beliau adalah kyai yang punya karomah bahkan setelah wafatnya beliau.

Rabu, 27 September 2023

Topi Tentara Keberuntungan

 

 

Zaman sebelum reformasi sudah menjadi rahasia umum kalau polisi akan sangat keder jika sampai menilang tentara (ABRI), jika sampai ada yang nekat melakukan hal tersebut, bisa-bisa mereka babak belur dibuatnya. Berhubungan dengan ironi itu, Pak Dayat punya cerita menarik soal kegemarannya memakai topi motif tentara (doreng) jika keluar kota.

Suatu ketika, Madrasah butuh mesin ketik kebetulan ada dana yang bisa dipakai untuk membelinya. Sekalian juga Pak Dayat ingin merasakan mobil Pak Bondan yang baru dibeli beberapa waktu yang lalu.

Singkat cerita tibalah mereka berdua di Surabaya. Mesin ketik pun terbeli. Sayangnya ketika memundurkan mobil tak sengaja mobil menabrak becak yang kebetulan ada penumpangnya. Tentu saja sang penumpang terjengkang berbarengan dengan becak yang terguling. Pak Bondan yang merasa baru punya mobil tanpa sadar berteriak: “Lho mobilku penyok, gimana ini?” jika ini diteriakkan waktu menabrak benda mati tentu tak jadi soal, masalahnya sewaktu berbicara begitu penumpang becak masih belum bisa bangun dan abang becak masih terduduk di aspal.

Tentu saja polisi yang dekat situ langsung menghampiri. “Maaf, Pak, ada yang bisa saya bantu?”

Pak Dayat yang paling nggak suka urusan dengan polisi langsung nyerocos, “Nggak Pak, lagian Bapak nggak akan bantu tapi malah merepoti saya nanti!”

“Lho, ada kecelakaan begini adalah tanggung jawab saya, mungkin Anda perlu ke kantor dulu untuk menyelesaikan masalah ini.”

“Masalah yang apa, Pak. Becak ini yang ngawur, sudah tahu kami mundur main tabrak saja.”

Abang becak yang merasa tak bersalah langsung saja berteriak, “Siapa yang nabrak, sampeyan saja yang mundur nggak pakai kernet, lihat tubuh saya lecet semua.”

Pak Polisi menengahi, “Sudah, Pak, sebaiknya semua diselesaikan di kantor polisi saja. Mari ikut saya.”

Pak Bondan jadi berani, “Nggak usah, Pak. Jelas-jelas becak ini tadi yang menabrak saya, koq.”

“Bagaimanapun mobil Anda yang salah.”

Pak Dayat baru ingat kalau pakai topi doreng tentara. “Anda masih mau memaksa saya, apa mau saya telponkan dulu atasan saya, soalnya saya keluar ini tadi atas perintah beliau.” Pak polisi keningnya berkerut. Merasa di atas angin Pak Dayat melanjutkan, “Itu ada telpon umum[1] mungkin Anda juga perlu ikut saya untuk ngomong dengan beliau.”

Pak Polisi kelihatan ragu, sejurus kemudian, “Nggak usah, Pak. Maaf kalau saya mengganggu, silakan meneruskan perjalan. Permisi.”

Abang becak hanya bisa terbengong-bengong. Penumpangnya juga. Sedangkan Pak Dayat melihat mereka dengan melotot. “Ayo, Pak Bondan kita pulang, bos sedang menunggu,” sambil mengedipkan sebelah matanya.

Setelah di dalam mobil Pak Bondan bicara, “Sampean itu nDa ada-ada saja, memangnya siapa tadi yang mau pean telpon?”

Sambil garuk-garuk kepala Pak Dayat menjawab, “Ya nggak ada, itu kan trik aku saja. Lumayankan aktingku tadi?”

Pak Bondan tak menjawab hanya seyum simpul dan geleng-geleng kepala.


[1] Harap diingat waktu itu belum ada HP jadi komunikasi jarak jauh yang murah adalah dengan memanfaat telpon umum yang banyak bertebaran di pinggir jalan