Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Selasa, 26 September 2023

Wali Murid Gagu

 

 

Yang namanya siswa tak mungkin kita akan mendapatkan satu sekolah anaknya baik semua. Bagaikan pepatah ada gula ada semut, ada sekolah ada masalah, he he he maaf kalau pepatahnya nggak nyambung. Intinya sebagai lembaga pendidikan, madrasah siap menerima segala jenis manusia, jelek-cakep, pintar-bodoh, kurus-gemuk, bahkan normal-tidak normal. Lho emang ada? Ya ada dong nggak percaya? Setiap tahun ppasti ada saja anak yang berkebutuhan khusus.

Nah, masalahnya sekarang adalah ada anak yang bermasalah (bingung kan bahasanya? Pizz) sering tidak masuk, di kelas ramai terus, sering bikin ribut parahnya ini anak jenis kelaminnya perempuan. Emang laki-laki aja yang boleh bermasalah? Ya, nggak gitu dong cuma kalau yang bermasalah itu perempuan rasanya agak gimana gitu.

Singkat cerita, diberilah surat panggilan wali murid kepada anak tersebut. Agar antara madrasah dan wali murid bisa bekerjasama membina anak ini.

Maka, ketika hari itu tiba, si anak yang berbadan sangat subur ini membawa seorang wanita, tepat di depan kantor disambut oleh Pak Udin. Dengan sambutan senyum dan penuh keakraban.

“Mari, Bu silakan ke barat ke kantor BP.” Si Ibu senyum-senyum tapi tak beranjak.

“Ibu langsung saja ke belakang, menemui Pak Basrin.” Si Ibu masih senyum-senyum.

“Bu, mari ikut saya, ruang BP di belakang.” Masih senyum-senyum juga bergeming dari tempatnya.

Pak Udin mulai penasaran, dia pandang anaknya, di luar dugaan anak tersebut memberi isyarat tangan diletakkan mulut dan telinganya kemudian tangan kanannya digoyang-goyang, mengertilah Pak Udin kalau Si Ibu tuli dan bisu. Dalam hati Pak Udin merutuk, kurang ajar anak ini kenapa nggak ngomong dari tadi?

Tapi bagaimanapun Ibu ini harus ketemu dengan BP maka diantarlah mereka ke ruang BP, sayangnya BP tidak ada di tempat, maka dipanggillah Pak Bondan yang biasa mengatasi anak bermasalah.

Sebentar kemudian tanpa ba bi bu Pak Bondan duduk di hadapan Si Ibu dan anaknya ini. Karena memang sudah tahu duduk permasalahannya Pak Bondan langsung ke duduk permasalahan (nah bingung lagi kan bahasanya, pis lagi deh)

“Jadi gini, Bu. Nak Zeli ini sudah hampir dua minggu tidak masuk tanpa keterangan. Apalagi kelakuannya kami sudah tidak bisa mentolelir.” Pak Bondan berhenti sebentar. Ibu ini hanya mengangguk-angguk. Sedangkan Zeli dan Pak Udin hanya senyum-senyum saja.

“Kami mohon kepada Ibu dan keluarga lebih memperhatikan sehingga Zeli tidak sampai kebablasan.” Pak Bondan masih serius dengan nasihatnya.

“Mungkin jika Zeli tidak bisa mengubah kelakuannya kemungkinan besar nanti kami tidak bisa menaikkan. Bagaimana Bu, apa bisa dimengerti?”

Sejurus kemudian kagetlah Pak Bondan karena Ibu ini kemudian menjawab, “Uh...a..u. Au...ah...uu kata Si Ibu dengan semangat dibarengi gerakan tangan yang meyakinkan. Tentu saja Pak Bondan kaget campur menahan tawa. Langsung saja ia melotot pada Zeli.

“Zel, ini ibumu bukan?”

“Bukan, Pak!”

“Terus, siapa dia?”

“Tetangga, Pak.”

“Orang bisu koq diajak ke sini.”

“Habis di rumah adanya cuma ini, Pak. Tak ada rotan akar pun jadi he he he.”

Pak Bondan hanya menghela nafas sia-sialah nasihat dia tadi. Sedangkan Pak Udin tak bisa menahan tawa langsung keluar.

Begitulah, misi memberi bimbingan konseling hari itu yang serius dilakukan Pak Bondan gatot alias gagal total.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar