Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Sabtu, 23 September 2023

Tipuan ke Gua Maharani

 


 

Tanggal 06 Agustus 1992 Gua Maharani ditemukan tidak sengaja oleh warga Lamongan. Berita penemuan ini menyebar ke seantero Jawa Timur. Apalagi dibumbui dengan cerita mistis di seputarnya. Tak urung berita ini mampir juga di Mojokerto

 

Pak Tono, sebagai guru muda tentu saja masih bersemayam jiwa petualang sehingga rasa penasaran muncul. Maka dikordinirlah teman-teman guru muda lainnya, Pak Dayat, Pak Bondan, dan Pak Basrin. Gayungpun bersambut. Segera disepakati tanggal dan waktunya. Kebetulan Pak Bondan baru saja membeli motor Honda keluaran terbaru sehingga hitung-hitung digeber supaya tahu kemampuan motor tersebut.

 

Hari yang dinantikan pun tiba, pagi-pagi sekali keempat orang ini sudah bersiap-siap untuk berangkat. Jalan yang ditempuh adalah melewati Watublorok ke utara. Karena pagi sekali tak terasa perjalanan dilakukan. Apalagi suasana pemandangan sekitar yang menyejukkan mata. Tapi jangan dikatakan perjalan ini lancar. Asal tahu saja jalan yang dilalui tidaklah semulus sekarang.

 

Tak terasa sudah pukul 12 siang. Panas terik menyengat. Rombongan mulai merasakan kelelahan. Akhirnya mereka memutuskan beristirahat dipinggir jalan yang rindang.

 

Nda kok nggak nyampe-nyampe, sih?” tanya Pak Dayat memecah keheningan.

 

“Tenang saja tempatnya sudah dekat koq,” kata Pak Tono meyakinkan. “Yang penting kita makan dulu.” lanjutnya.

 

Mereka pun membuka perbekalan, asal tahu saja karena masih muda biasalah uang yang dipunya tak sebesar yang Anda bayangkan. Apalagi gaji di Madrasah bisa dibilang hanya bisa mengganjal perut untuk seminggu.

 

Setelah makan-makan perjalanan dimulai lagi setelah sebelumnya sholat Dhuhur di sebuah masjid pinggir jalan. Tak terasa sudah pukul 14.00 keringat semakin bercucuran karena panas semakin menyengat. Tiga teman Pak Tono mulai gelisah, jangan-jangan salah arah.

 

Nda, masih jauh, tah?” tanya Pak Bondan teriak sambil berjalan.

 

Pak Tono hanya tersenyum meyakinkan sambil mengangguk.

 

“Katanya dekat tadi?” tanya Pak Basrin.

 

Pak Tono masih tersenyum dan mengangguk.

 

Melihat gelagat ini Pak Bondan yang membonceng Pak Basrin dan Pak Dayat yang membonceng Pak Tono menghentikan motor.

 

“Pean jangan main-main, lho Nda, dekat apa jauh?” Pak Dayat yang terkenal temperamen suaranya meninggi.

 

“Kalau boleh jujur, sih aku nggak tahu masih jauh apa dekat.” Kata Pak Tono santai.

 

“Lho, gimana, sih. Katanya kemarin pean ngomong tahu tempatnya,” tukas Pak Bondan.

 

“Jangan main-main lho, nDa, kita nggak bawa uang saku, bensin juga sudah nipis, bisa-bisa kita ngglandang di sini.” Pak Dayat semakin emosi.

 

“Sebenarnya, pean tahu nggak sih, tempatnya?” tanya Pak Basrin.

 

“Nggak tahu,” jawab Pak Tono tanpa dosa.

 

“Kalau nggak tahu kenapa ngajak kita?” tanya Pak Bondan

“Ya, kenapa nggak ngomong sejak kemarin?” emosi Pak Dayat semakin kelihatan.

 

Dengan santai dan tanpa merasa bersalah Pak Tono berkata,”Lha kalau aku katakan sejak kemarin, pean semua pasti nggak ikut, dong he he he.”

 

Ketiga temannya hanya duduk terkulai, antara marah, jengkel, tertawa semua jadi satu.

 

Jadilah hari itu empat guru yang masih bujang semua itu kembali ke rumah tanpa pernah mengetahui di mana Gua Maharani itu. Untuk bertanya ke orang kampung sudah terlambat sebab capek dan jengkel sudah menumpuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar