Yang sudah rumah tangga, cerita saya berikut pasti
pernah terjadi. Yang belum menikah, mungkin cerita berikut menjadi inspirasi
dan bisa jadi pegangan.
***
Bakda maghrib menjelang isya’ entah kenapa obrolan
yang gayeng dengan istri bersenda gurau berubah menjadi selisih pendapat. Kami tak
mau saling mengalah apalagi mengakui kesalahan masing-masing.
Perdebatan itu semakin panas, sebagai suami,
sebagaimana fitrahnya pasti tak mau mengalah. Omongan saya semakin menukik dan
tentu saja menyakiti hati istri yang sekarang sudah mulai berkaca-kaca matanya.
Hati wanita yang halus, yang selalu merindukan
kasih sayang, menantikan belaian kelembutan, kini tersakiti karena perkataan
saya yang begitu menyakitkan. Mengalirlah airmatanya, saya tak hendak
mengusapnya karena hati sedang panas dan merasa benar.
Terguguk dia menutupi wajahnya dengan bantal,
sedang saya hanya memandanginya dengan perasaan benci yang membuncah. Beberapa
menit berlalu, kesunyian terasa karena hanya suara isak tangis yang terdengar.
Namun, tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkan kami.
Lebih kaget lagi ternyata itu suara mertua saya yang bertamu. Sontak istri saya
bangkit dari tidurnya, entah kenapa dia langsung mengambil di nakas hias, sebuah
botol, entah apa itu.
Sejurus kemudian saya meninggalkannya untuk
membukakan pintu. Saya persilakan duduk mertua. Sedang istri saya masih di
kamar.
“Istrimu mana, Ris?” tanya Bapak.
“Di dalam pak,” jawab saya.
“Ngapain?”
“Nggak tahu Pak, sepertinya lagi berhias,” jawab
saya asal bunyi.
Sebentar kemudian, istri saya keluar, dan
astaga.... dia memakai masker wajahnya.
“Mau Isya’ kok maskeran, nggak sholat kamu nanti?”
tanya Ibu mertua.
“Mumpung sempat, bu. Nanti kalau habis Isya
biasanya ketiduran, jadi lupa maskernya kan saya pengin cantik terusss.” Jawab istri
sambil tersenyum. Entah tangisnya tadi sepertinya sudah menguap.
Saya pun meninggalkan mereka. Untuk membeli minuman
dan camilan. Dalam perjalanan sungguh hati ini menjadi terharu sekaligus memuji
kehebatan istri saya. Pertengkaran tadi tidak membuatnya lapor ke mertua, ia
malah menutupi wajah dan mata merahnya dengan masker.
Begitulah, sampai pulang, mertua sama sekali tidak
tahu kalau kami habis bertengkar. Ketika mereka pulang, saya hampiri istri
saya,
“Kok kamu tadi tidak bilang ayah dan ibu kalau kita
sedang bertengkar, kan enak kita bisa diberi masukan dan diakurkan?”
“Buat apa, Yank, itu problem kita, kita pecahkan
bersama, biarlah ortu tahunya kita bahagia terus, cukuplah mereka dengan
problem mereka sendiri, buat apa kita tambahi masalah kita.”
“Lagian, kalau kita direcoki ortu, nanti malah
tambah runyam karena ada salah satu yang akan dibela..”
Ah....mata jadi berkaca-kaca, langsung kupeluk
istri saya, sungguh Ya Allah, aku telah Engkau beri makhluk yang terbaik
untukku.
“Istriku maaf, hingga saat ini aku belum bisa
memberikan yang terbaik, kebahagiaan yang sempurna, justru tiap hari aku
membebanimu dengan tanggung jawab yang berat.”
Istriku hanya tersenyum, seraya meletakkan
kepalanya di dadaku. Ah....
JADI....
Kalau dengan pasangan kita ada ketidak cocokan, itu
berarti ada perbedaan, dan memang perbedaan itulah yang membuat kita bersatu.
Kalau ada masalah, jangan sampai ada orang luar
yang memberi masukan, apalagi ikut campur tangan.
Karena kita sudah punya pasangan, berarti hanya
pasangan kitalah tempat curhat, tidak ada yang lain, apalagi curhat di MEDSOS,
tak ada guna malah mengumbar aib diri sendiri dan pasangan. Naudzubillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar