Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Sabtu, 31 Maret 2018

JIKA BERTENGKAR DENGAN PASANGAN



Yang sudah rumah tangga, cerita saya berikut pasti pernah terjadi. Yang belum menikah, mungkin cerita berikut menjadi inspirasi dan bisa jadi pegangan.
***
Bakda maghrib menjelang isya’ entah kenapa obrolan yang gayeng dengan istri bersenda gurau berubah menjadi selisih pendapat. Kami tak mau saling mengalah apalagi mengakui kesalahan masing-masing.
Perdebatan itu semakin panas, sebagai suami, sebagaimana fitrahnya pasti tak mau mengalah. Omongan saya semakin menukik dan tentu saja menyakiti hati istri yang sekarang sudah mulai berkaca-kaca matanya.
Hati wanita yang halus, yang selalu merindukan kasih sayang, menantikan belaian kelembutan, kini tersakiti karena perkataan saya yang begitu menyakitkan. Mengalirlah airmatanya, saya tak hendak mengusapnya karena hati sedang panas dan merasa benar.
Terguguk dia menutupi wajahnya dengan bantal, sedang saya hanya memandanginya dengan perasaan benci yang membuncah. Beberapa menit berlalu, kesunyian terasa karena hanya suara isak tangis yang terdengar.
Namun, tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkan kami. Lebih kaget lagi ternyata itu suara mertua saya yang bertamu. Sontak istri saya bangkit dari tidurnya, entah kenapa dia langsung mengambil di nakas hias, sebuah botol, entah apa itu.
Sejurus kemudian saya meninggalkannya untuk membukakan pintu. Saya persilakan duduk mertua. Sedang istri saya masih di kamar.
“Istrimu mana, Ris?”     tanya Bapak.
“Di dalam pak,” jawab saya.
“Ngapain?”
“Nggak tahu Pak, sepertinya lagi berhias,” jawab saya asal bunyi.
Sebentar kemudian, istri saya keluar, dan astaga.... dia memakai masker wajahnya.
“Mau Isya’ kok maskeran, nggak sholat kamu nanti?” tanya Ibu mertua.
“Mumpung sempat, bu. Nanti kalau habis Isya biasanya ketiduran, jadi lupa maskernya kan saya pengin cantik terusss.” Jawab istri sambil tersenyum. Entah tangisnya tadi sepertinya sudah menguap.
Saya pun meninggalkan mereka. Untuk membeli minuman dan camilan. Dalam perjalanan sungguh hati ini menjadi terharu sekaligus memuji kehebatan istri saya. Pertengkaran tadi tidak membuatnya lapor ke mertua, ia malah menutupi wajah dan mata merahnya dengan masker.
Begitulah, sampai pulang, mertua sama sekali tidak tahu kalau kami habis bertengkar. Ketika mereka pulang, saya hampiri istri saya,
“Kok kamu tadi tidak bilang ayah dan ibu kalau kita sedang bertengkar, kan enak kita bisa diberi masukan dan diakurkan?”
“Buat apa, Yank, itu problem kita, kita pecahkan bersama, biarlah ortu tahunya kita bahagia terus, cukuplah mereka dengan problem mereka sendiri, buat apa kita tambahi masalah kita.”
“Lagian, kalau kita direcoki ortu, nanti malah tambah runyam karena ada salah satu yang akan dibela..”
Ah....mata jadi berkaca-kaca, langsung kupeluk istri saya, sungguh Ya Allah, aku telah Engkau beri makhluk yang terbaik untukku.
“Istriku maaf, hingga saat ini aku belum bisa memberikan yang terbaik, kebahagiaan yang sempurna, justru tiap hari aku membebanimu dengan tanggung jawab yang berat.”
Istriku hanya tersenyum, seraya meletakkan kepalanya di dadaku. Ah....

JADI....
Kalau dengan pasangan kita ada ketidak cocokan, itu berarti ada perbedaan, dan memang perbedaan itulah yang membuat kita bersatu.
Kalau ada masalah, jangan sampai ada orang luar yang memberi masukan, apalagi ikut campur tangan.
Karena kita sudah punya pasangan, berarti hanya pasangan kitalah tempat curhat, tidak ada yang lain, apalagi curhat di MEDSOS, tak ada guna malah mengumbar aib diri sendiri dan pasangan. Naudzubillah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar