Ada orang yang sebelumnya teriak-teriak
“hormati ulama”, eh yang jelas-jelas ulama malah disebut “pendeta Syiah” dan
seenak sendiri melabeli “ulama su'”.
Kalau tidak punya ilmu, setidaknya punya
adab mestinya. Eh ini ilmu tak punya, adab juga nihil. Hobi menantang dan
menuduh orang bidah, sesat, kafir, dan label pembunuhan karakter lainnya.
Hadis Abu Hurairah berikut ini
menjelaskan kualitas iman orang-orang seperti itu: “Orang yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, maka berkatanya (mestinya) yang baik-baik; atau (kalau
tidak bisa) sebaiknya diam,” (HR Al-Bukhari).
Jadi paham kan sekarang seperti apa
kualitas iman orang-orang yang seperti itu?! Kalau berdasarkan hadis di atas,
tentu iman mereka rendah sekali.
Lalu, mengapa mereka begitu? Jawabannya
sepertinya karena ilmunya sebatas hasil kopasan. Dan, yang dikopas tulisan
orang itu lagi, orang itu lagi. Wawasannya jadi terkungkung, tak berkembang.
Padahal kalau benar ingin thalabul ilmi (mencari
ilmu), harusnya mau menerima dan mencari ilmu dari siapa pun dan dari manapun.
Apalagi pengetahuan agama mereka juga
diperoleh secara instan dari artikel-artikel yang ada di situs, radio, atau TV
tertentu, bukan dari proses talaqqi (bertemu dan berinteraksi langsung dengan
guru), sehingga tidak bisa belajar adab sekaligus pada saat belajar.
Belakangan yang sering dibanggakan
orang-orang itu adalah ilmunya yang diperoleh dari YouTube. Padahal yang
disaksikannya di YouTube itu ilmu instan, bukan ilmu organik dan sistematis
seperti kajian atas suatu kitab.
Ibarat orang yang nonton bola di TV tapi
merasa lebih tahu dengan apa yang terjadi di lapangan melebihi yang nonton
langsung di stadion.
Nah, dengan segala kelemahan transmisi
keilmuan yang mereka dapatkan, yang tak habis pikir adalah gaya mereka yang
kadang ugal-ugalan dengan sok-sokan seperti sudah merasa menjadi
mufti-mujtahid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar