Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Senin, 08 Agustus 2016

Minat Baca, Kebiasaan yang Semakin Langka

Karena mengirim ke media nggak dimuat-muat, karena jelek atau nggak bermutu jadi saya posting di sini saja.


Oleh: Abdul Haris,S.Pd.I.

“Sudah selesai baca bukunya, nak?” tanya saya pada salah satu wartawan binaan saya?
“Sudah, Pak, ini resensi dan ringkasan yang bapak tugaskan!” jawab anak tersebut sambil menyerahkan dua lembar kertas.
Saya baca sekilas tulisannya, cukup memuaskan meskipun masih banyak kekurangan di sana-sini tapi ini adalah langkah awal untuk membantu anak didik saya menjadi kutu buku sebagaimana cita-cita saya selama ini.
Ilustrasi di atas adalah sekadar gambaran bahwa kita tidak boleh hanya menyalahkan sistem, kemiskinan, perkembangan teknologi serta pengaruh media sebagai biang kerok rendahnya minat baca di kalangan pelajar. Tanpa ada upaya dan menggerutu hanya akan menghabiskan energi. Perubahan yang digadang-gadang hanya akan menjadi angan-angan.

a.      Penyebab Rendahnya Minat Baca
Sebagaimana yang kita tahu membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang kita dapatkan, walaupun terkadang informasi itu kita dapatkan secara tidak langsung.
Perkembangan teknologi multimedia di Indonesia, memberikan pengaruh besar minat membaca buku. Media tv, radio, internet dan telepon selular untuk mengakses informasi dan hiburan, secara perlahan menyingkirkan buku. Padahal buku berperan sebagai jendela informasi dunia yang mampu menstimulasi imajinasi serta melatih konsentrasi pembacanya. Selain itu, kurangnya persediaan buku-buku yang berkualitas baik serta harga buku yang mahal di Indonesia juga memberikan pengaruh buruk terhadap minat membaca masyarakat.
Memang, itulah yang kita temui sehari-hari, baik dilingkungan keluarga, masyarakat, dan parahnya kalangan pelajar mulai dari tingkat dasar hingga mahasiswa. Mereka lebih asyik dengan update status di berbagai media sosial (medsos) dan upload video yang sama sekali tidak ada manfaatnya.
Hal ini terjadi tentu bukan begitu saja tetapi ada pengantar yang berlangsung bertahun-tahun, dimulai dari lingkungan keluarga yang lebih mementingkan tradisi lisan dengan dongeng menjelang tidur daripada mereka disuruh untuk membaca buku cerita sehingga anak bisa berimajinasi sendiri.
Dilanjutkan di lingkungan masyarakat yang lebih mendukung tersajinya hiburan-hiburan bukannya membentuk komunitas membaca, kemudian ketika dilingkungan sekolah yang menciptakan iklim “asal dapat nilai”. Siswa lebih diarahkan menyelesaikan soal dengan menjawab singkat bukannya diarahkan untuk mencari jawaban ke perpustakaan. Lebih parahnya krisis keteladanan dari pendidik sendiri.
Sepanjang karir sebagai guru, sedikit sekali ketika ada waktu luang guru membaca buku atau bacaan lainnya. Mereka lebih suka ngobrol tak tentu arah. Ketika menjadi pengawas ulangan bukannya waktu ini digunakan untuk membaca buku atau materi lainnya tapi guru lebih sibuk dengan HP yang ada di genggaman.

b.     Manfaat Membaca
Berangkat dari keprihatinan inilah, maka perlu ditanamkan kesadaran kepada seluruh elemen masyarakat bahwa membaca adalah hal yang penting. Karena tentu bukan hal yang kebetulan jika Allah SWT. menurunkan wahyu pertama kepada Baginda Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra” yaitu bacalah.
Bagi seorang siswa kegiatan membaca akan memberikan kepada mereka banyak manfaat yang akan diperoleh misalnya: (a) Dapat membantu program pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (b) Memenuhi kepentingan hidup, dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari; (c) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; (d) Dengan gemar membaca, pelajaran yang sulit akan dapat kita atasi sehingga prestasi belajar meningkat; (e) Memperluas pengetahuan dengan berbagai bacaan yang beragam; (f) Dengan membaca kita dapat menambah wawasan seluas mungkin dan kita dapat membuka gerbang ilmu pengetahuan melaui membaca; (g) Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang; (h) Mengetahui hal-hal yang aktual, dengan membaca siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan materi pelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan dengan kehidupan nyata.
Mestinya dengan mengetahui berbagai manfaat ini akan mendorong pelajar untuk lebih mencintai buku daripada medsos atau tayangan tv yang lebih banyak madharatnya. Tugas pendidiklah yang memberikan pemahaman kepada anak didik mereka untuk mengetahui hal ini. Lebih penting lagi jika pendidik tidak hanya bicara di dalam kelas kemudian lepas tangan ketika di lingkungan luar. Sekali lagi keteladanan yang paling dibutuhkan.
Tentu tidak hanya tugas pendidik saja untuk mewujudkan minat baca bagi pelajar, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kewajiban yang sama dengan selalu memberi motivasi dan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

c.      Upaya Menumbuhkan Minat Baca
Masyarakat Indonesia memang belum banyak yang menyadari bahwa membaca merupakan hal pokok dalam kehidupan yang penuh pembelajaran. Oleh sebab itu kemampuan membaca menjadi hal paling utama yang harus mendapat perhatian dari banyak pihak terutama orangtua, orang-orang yang bergerak dalam kependidikan, masyarakat dan juga pemerintah.
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk membangun kegemaran dan kemampuan membaca masyarakat Indonesia pada umumnya dan siswa pada khususnya, diantaranya :
1.        Mereka ulang sistem pembelajaran di sekolah
Pembelajaran yang menantang dan menarik akan memunculkan minat baca siswa. Misalnya dengan memberikan suatu permasalahan yang pemecahannya ditugaskan kepada siswa dengan membuat makalah dan dipresentasikan di depan kelas.
Sekolah juga perlu membuat program membaca setiap pekan melalui pendekatan bahasa seperti “whole language” yaitu suatu pendekatan pengajaran bahasa secara utuh, dimana keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara diajarkan secara terpadu. Contoh kegiatan misalnya program membaca senyap selama 15 menit yang dilakukan oleh semua warga sekolah, lalu membuat jurnal, ringkasan atau hasil karya tentang isi acaan/buku yang telah dibaca yang selanjutnya dapat di pajang dan dikonteskan dalam bentuk tulisan atau pidato (presentasi), sehingga siswa termotivasi dalam membaca.
2.        Membudayakan cinta baca mulai dari keluarga
Sejak dini wajib sebuah keluarga yang ingin membangun minat baca dengan memberikan buku-buku yang menarik kepada anaknya yang masih kecil. Sesering mungkin mengajak mereka ke tempat-tempat belanja buku atau pameran, dan bisa sesekali memberikan reward ataskeberhasilananakdenganhadiahbuku.
Adanya perpustakaan keluarga juga sangat membantu bangkinya rangsangan akan rasa penasaran sang anak. Apalagi jika dibuat program wajib membaca dengan adanya jam wajib membaca tiap hari.

3.        Membatasi penggunaan media elektronik (TV, vidio game, handphone, internet).
Waktu menonton tv sebaiknya juga dibatasi, karena sebagaimana yang kita tahu banyak acara tv yang kurang bermanfaat selain itu juga menyita waktu sang anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Sebagai siswa memang butuh dengan internet, tetapi penggunaan yang berlebihan juga mengakibatkan mereka akan malas membaca. Apalagi dengan adanya search engine “Mbah Google” sepintas memang memberikan kemudahan yang luar biasa, namun kenyataannya pengetahuan yang serba instan menjadikan siswa lebih mengandalkan sumber google daripada mencarinya diliteratur-literatur media cetak. Sangat disayangkan!

d.     Upaya Lainnya
Seorang pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan sejumlah negara mewajibkan anak didiknya untuk membaca buku. Di Thailand Selatan misalnya. Murid SMA di Negeri Gajah Putih itu wajib membaca minimal lima buku. Sementara itu, Malaysia dan Singapura minimal enam buku. Di Brunei Darussalam minimal tujuhbuku, Rusia 12 buku, Kanada 13 buku, Jepang 15 buku, Swiss 15 buku, Jerman 22 buku, Prancis 30 buku, Belanda 30 buku, danAmerikaSerikat 32 buku. Namun, dalam Kurikulum 2013 tidak ada ketentuan yang mewajibkan murid SMP dan SMA harus membaca sejumlah buku.
Bertolak dari keprihatinan inilah sehingga saya sebagai pendidik tergerak untuk memunculkan minat baca siswa di lingkungan sekolah. Sebagai pembina majalah 2 sekolah saya selalu menekankan kepada para wartawan bahwa berita maupun artikel bahkan karya sastra bisa dihasilkan dengan bagus jika pengarang sering membaca. Karena dengan membaca bisa memperbanyak perbendaharaan kata atau ilmu.
Setiap bulannya mereka saya wajibkan untuk datang ke rumah meminjam buku diperpustakaan pribadi saya dan selanjutnya saya memberi tugas sebagaimana ilustrasi di awal tulisan ini.
Bahkan, meskipun saya tidak mengajar Bahasa Indonesi seringkali saya membawa sekardus buku dari rumah untuk dipinjamkan ketika saya masuk untuk mengajar. Buktinya langkah saya ini bisa membangkitkan minat siswa untuk membaca. 
Jika Thomas Alfa Edison mengatakan, “Kesuksesan itu 1 persen bakat 99 persen kerja keras” maka tak salah jika saya mengatakan, “Minat baca itu 1 persen musibah 99 persen berkah”! Menurut Anda?

2 komentar:

  1. sudah lama tidak berkunjung ke blog ini. :)
    memang benar pak, di jaman serba gadget, semuanya serba googling. mau nyari info tinggal browsing, malah tak jarang banyak yang malas mengingat karena selalu menganggap semuanya sudah ada di internet. padahal kalau di pikir-pikir, membaca langsung di buku bisa lebih di ingat. karena sugestinya ribet, kalau lupa bakalan bolak-balik halaman lagi.
    saya masih merasakan dampak positif dari bapak yang dulu sering menganjurkan para tim jurnalis uuntuk meminjam buku dari perpustakaan bapak, lalu menulis reviewnya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah masih ingat gurunya ini ya? Makasih kunjungannya ya! aku tunggu silaturrahimnya ke rumah minjam buku lagi ya!

      Hapus