Oleh: Abdul Haris,S.Pd.I.
“Sudah selesai baca bukunya, nak?” tanya saya pada
salah satu wartawan binaan saya?
“Sudah, Pak, ini resensi dan ringkasan yang bapak
tugaskan!” jawab anak tersebut sambil menyerahkan dua lembar kertas.
Saya baca sekilas tulisannya, cukup memuaskan
meskipun masih banyak kekurangan di sana-sini tapi ini adalah langkah awal
untuk membantu anak didik saya menjadi kutu buku sebagaimana cita-cita saya
selama ini.
Ilustrasi di atas adalah sekadar gambaran bahwa
kita tidak boleh hanya menyalahkan sistem, kemiskinan, perkembangan teknologi
serta pengaruh media sebagai biang kerok rendahnya minat baca di kalangan
pelajar. Tanpa ada upaya dan menggerutu hanya akan menghabiskan energi.
Perubahan yang digadang-gadang hanya akan menjadi angan-angan.
a.
Penyebab Rendahnya Minat Baca
Sebagaimana yang kita tahu membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang ditulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang
kita dapatkan, walaupun terkadang informasi itu kita dapatkan secara tidak langsung.
Perkembangan teknologi
multimedia di Indonesia, memberikan pengaruh besar minat membaca buku. Media tv, radio, internet dan telepon selular untuk mengakses informasi dan hiburan,
secara perlahan menyingkirkan buku. Padahal buku berperan sebagai jendela informasi dunia
yang mampu menstimulasi imajinasi serta melatih konsentrasi pembacanya. Selain itu,
kurangnya persediaan buku-buku yang
berkualitas baik serta harga buku yang mahal di Indonesia
juga memberikan pengaruh buruk terhadap minat membaca masyarakat.
Memang, itulah yang kita temui sehari-hari, baik dilingkungan keluarga,
masyarakat, dan parahnya kalangan pelajar mulai dari tingkat dasar hingga
mahasiswa. Mereka lebih asyik dengan update status di berbagai media sosial
(medsos) dan upload video yang sama sekali tidak ada manfaatnya.
Hal ini terjadi tentu bukan begitu saja tetapi ada pengantar yang
berlangsung bertahun-tahun, dimulai dari lingkungan keluarga yang lebih
mementingkan tradisi lisan dengan dongeng menjelang tidur daripada mereka
disuruh untuk membaca buku cerita sehingga anak bisa berimajinasi sendiri.
Dilanjutkan di lingkungan masyarakat yang lebih mendukung tersajinya
hiburan-hiburan bukannya membentuk komunitas membaca, kemudian ketika
dilingkungan sekolah yang menciptakan iklim “asal dapat nilai”. Siswa lebih
diarahkan menyelesaikan soal dengan menjawab singkat bukannya diarahkan untuk
mencari jawaban ke perpustakaan. Lebih parahnya krisis keteladanan dari
pendidik sendiri.
Sepanjang karir sebagai guru, sedikit sekali ketika ada waktu luang guru
membaca buku atau bacaan lainnya. Mereka lebih suka ngobrol tak tentu arah. Ketika
menjadi pengawas ulangan bukannya waktu ini digunakan untuk membaca buku atau
materi lainnya tapi guru lebih sibuk dengan HP yang ada di genggaman.
b.
Manfaat Membaca
Berangkat dari keprihatinan inilah, maka perlu ditanamkan kesadaran kepada
seluruh elemen masyarakat bahwa membaca adalah hal yang penting. Karena tentu
bukan hal yang kebetulan jika Allah SWT. menurunkan wahyu pertama kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra” yaitu bacalah.
Bagi seorang siswa kegiatan membaca akan memberikan kepada mereka banyak
manfaat yang akan diperoleh misalnya: (a) Dapat membantu program pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (b) Memenuhi kepentingan hidup,
dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan praktis yang
berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari; (c) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; (d) Dengan gemar membaca,
pelajaran yang sulit akan dapat kita atasi sehingga prestasi belajar meningkat; (e) Memperluas pengetahuan dengan berbagai bacaan yang beragam; (f) Dengan membaca kita dapat menambah wawasan seluas mungkin dan kita dapat membuka gerbang ilmu pengetahuan melaui membaca; (g) Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang; (h) Mengetahui hal-hal
yang aktual, dengan membaca siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi
di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang
mungkin berhubungan materi pelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan dengan kehidupan nyata.
Mestinya dengan mengetahui berbagai manfaat ini
akan mendorong pelajar untuk lebih mencintai buku daripada medsos atau tayangan
tv yang lebih banyak madharatnya. Tugas pendidiklah yang memberikan pemahaman
kepada anak didik mereka untuk mengetahui hal ini. Lebih penting lagi jika
pendidik tidak hanya bicara di dalam kelas kemudian lepas tangan ketika di
lingkungan luar. Sekali lagi keteladanan yang paling dibutuhkan.
Tentu tidak hanya tugas pendidik saja untuk
mewujudkan minat baca bagi pelajar, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kewajiban yang sama dengan selalu memberi motivasi dan contoh nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
c.
Upaya Menumbuhkan Minat Baca
Masyarakat Indonesia memang belum banyak yang
menyadari bahwa membaca merupakan hal pokok dalam kehidupan yang
penuh pembelajaran. Oleh sebab itu kemampuan membaca menjadi hal paling utama yang
harus mendapat perhatian dari banyak pihak terutama orangtua, orang-orang yang
bergerak dalam kependidikan, masyarakat dan juga pemerintah.
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk membangun kegemaran dan kemampuan membaca masyarakat
Indonesia pada umumnya dan siswa pada khususnya, diantaranya :
1.
Mereka ulang
sistem pembelajaran di sekolah
Pembelajaran
yang menantang dan menarik akan memunculkan minat baca siswa. Misalnya dengan
memberikan suatu permasalahan yang pemecahannya ditugaskan kepada siswa dengan
membuat makalah dan dipresentasikan di depan kelas.
Sekolah juga perlu membuat program membaca setiap pekan melalui pendekatan bahasa seperti
“whole language” yaitu suatu pendekatan pengajaran bahasa secara utuh,
dimana keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara diajarkan secara terpadu.
Contoh kegiatan misalnya program membaca senyap selama 15 menit yang
dilakukan oleh semua warga sekolah, lalu membuat jurnal,
ringkasan atau hasil karya tentang isi acaan/buku yang telah dibaca yang
selanjutnya dapat di pajang dan dikonteskan dalam bentuk tulisan atau pidato
(presentasi), sehingga siswa termotivasi dalam membaca.
2.
Membudayakan cinta baca mulai dari keluarga
Sejak dini wajib sebuah keluarga yang ingin membangun minat
baca dengan memberikan buku-buku yang menarik kepada anaknya yang masih kecil.
Sesering mungkin mengajak mereka ke tempat-tempat belanja buku atau pameran,
dan bisa sesekali memberikan reward
ataskeberhasilananakdenganhadiahbuku.
Adanya perpustakaan keluarga juga sangat membantu bangkinya
rangsangan akan rasa penasaran sang anak. Apalagi jika dibuat program wajib
membaca dengan adanya jam wajib membaca tiap hari.
3.
Membatasi penggunaan media elektronik (TV, vidio
game, handphone, internet).
Waktu menonton tv sebaiknya juga dibatasi, karena sebagaimana yang
kita tahu banyak acara tv yang kurang bermanfaat selain itu juga menyita waktu
sang anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Sebagai siswa memang butuh dengan internet, tetapi penggunaan yang
berlebihan juga mengakibatkan mereka akan malas membaca. Apalagi dengan adanya search
engine “Mbah Google” sepintas memang memberikan kemudahan yang luar biasa,
namun kenyataannya pengetahuan yang serba instan menjadikan siswa lebih
mengandalkan sumber google daripada mencarinya diliteratur-literatur
media cetak. Sangat disayangkan!
d.
Upaya
Lainnya
Seorang pengamat pendidikan Darmaningtyas
mengatakan sejumlah negara mewajibkan anak didiknya untuk membaca buku. Di Thailand
Selatan misalnya. Murid SMA di Negeri Gajah Putih itu wajib membaca minimal
lima buku. Sementara itu, Malaysia dan Singapura minimal enam buku. Di Brunei
Darussalam minimal tujuhbuku, Rusia 12 buku, Kanada 13 buku, Jepang 15 buku,
Swiss 15 buku, Jerman 22 buku, Prancis 30 buku, Belanda 30 buku,
danAmerikaSerikat 32 buku. Namun, dalam Kurikulum 2013 tidak ada ketentuan yang mewajibkan murid
SMP dan SMA harus membaca sejumlah buku.
Bertolak dari keprihatinan inilah sehingga saya
sebagai pendidik tergerak untuk memunculkan minat baca siswa di lingkungan
sekolah. Sebagai pembina majalah 2 sekolah saya selalu menekankan kepada para
wartawan bahwa berita maupun artikel bahkan karya sastra bisa dihasilkan dengan
bagus jika pengarang sering membaca. Karena dengan membaca bisa memperbanyak
perbendaharaan kata atau ilmu.
Setiap bulannya mereka saya wajibkan untuk
datang ke rumah meminjam buku diperpustakaan pribadi saya dan selanjutnya saya
memberi tugas sebagaimana ilustrasi di awal tulisan ini.
Bahkan, meskipun saya tidak mengajar Bahasa
Indonesi seringkali saya membawa sekardus buku dari rumah untuk dipinjamkan
ketika saya masuk untuk mengajar. Buktinya langkah saya ini bisa membangkitkan
minat siswa untuk membaca.
Jika Thomas Alfa Edison mengatakan, “Kesuksesan itu 1 persen
bakat 99 persen kerja keras” maka tak salah jika saya mengatakan, “Minat baca
itu 1 persen musibah 99 persen berkah”! Menurut Anda?
sudah lama tidak berkunjung ke blog ini. :)
BalasHapusmemang benar pak, di jaman serba gadget, semuanya serba googling. mau nyari info tinggal browsing, malah tak jarang banyak yang malas mengingat karena selalu menganggap semuanya sudah ada di internet. padahal kalau di pikir-pikir, membaca langsung di buku bisa lebih di ingat. karena sugestinya ribet, kalau lupa bakalan bolak-balik halaman lagi.
saya masih merasakan dampak positif dari bapak yang dulu sering menganjurkan para tim jurnalis uuntuk meminjam buku dari perpustakaan bapak, lalu menulis reviewnya. :)
Wah masih ingat gurunya ini ya? Makasih kunjungannya ya! aku tunggu silaturrahimnya ke rumah minjam buku lagi ya!
Hapus