Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 21 Mei 2010

Perkembangan Dusun Reco

BAB I
PENDAHULUAN




 Apologi yang dibangun ummat Islam sekarang semakin hari semakin membuat ummat Islam terlena dengan kebanggaan pada masa kejayaan ummat Islam pada abad-abad pertama munculnya agama Islam.
Mereka banyak yang tidak menyadari bahwa bukan saatnya membangga-banggakan keberhasilan para pendahulu, sedangkan keadaan sekarang ummat Islam jauh berbeda dengan kemunduran di berbagai bidang yang dulu telah dikuasai oleh ummat Islam.
 Oleh sebab itulah analisa secara mendalam mengenai sebab apa saja, sehingga ummat Islam sekarang mengalami kemunduran yang sangat mencengangkan seakan-akan sulit untuk diatasi, sangat diperlukan agar apa yang dulu pernah dikuasai oleh ummat Islam bisa dipegang kembali.
 Salah satu usaha di atas adalah apa yang penulis lakukan dan laporkan sekarang yang kini hasilnya dihadapan pembaca. Meskipun hanya setingkat Dusun skala yang penulis analisa, namun setidaknya bisa dijadikan bahan pemikiran pada skala yang lebih luas.
 Di sini penulis mengobservasi kampung yang ditempati penulis sendiri yaitu Dusun Reco – Desa Kepuh Klagen – Kec. Wringin Anom – Kab. Gresik. Dari data-data kampung , keadaan penduduk serta kegiatan-kegiatan keagamaan ummat Islam pada khususnya. Dikarenakan agama penduduk kampung penulis adalah 100 % Islam maka di sini penulis berkesimpulan bahwa apa yang dilakukan penduduk dalam segala kegiatan adalah cermin ummat Islam itu sendiri.




BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT DUSUN RECO



A. Asal-usul Dusun Reco
 Penelusuran asal-usul Dusun Reco sangat sulit dilakukan mengingat generasi pertama yang menempati Dusun telah meninggal semua. Namun ada beberapa warga yang sudah sepuh yang pernah mendengar beberapa versi cerita tentang asal mula Dusun Reco. Dari berbagai versi cerita itu yang pasti adalah asal nama Dusun yang berarti patung/arca. Dulu memang banyak ditemukan berbagai tempat dimana arca itu berada. Ada yang mengatakan diladang Pomahan). Yang dulu dibawa oleh penjajah Belanda ke museum Mojokerto. Ada yang mengatakan di ladang Kramat dengan bukti masih adanya alas tempat patung itu berdiri. Ada juga yang mengatakan bahwa arca itu masih di Dusun Reco sendiri tapi kalau ingin melihatnya harus memakai mata batin dengan mengerjakan berbagai lelaku terlebih dahulu.
 Mengenai tahun berdiri Dusun yang persis tidak ada data yang valid, satu-satunya yang bisa dijadikan ukuran adalah adanya makam yang diyakini tempat wali yang bernama Ibrahim bin Kholiq. Konon beliau adalah salah satu keponakan dari Sunan Giri (wafat tahun 1506 M), Gresik. Yang diperintahkan berda’wah dengan membuka lahan terlebih dahulu. Dimana lahan yang dibuka itu diyakini adalah Dusun Reco sekarang.
 Yang menjadi persoalan sekarang Ibrahim bin Kholiq ini keponakan dari Sunan Giri yang keberapa? sebab kita tahu bahwa wali songo adalah sebuah organisasi yang anggotanya terdiri dari sembilan orang dengan berganti-ganti personal. Dengan memakai nama yang sama sesuai tempat beliau bertugas. Penulis mendapat cerita bahwa pada waktu generasi pertama yang hidup antara 1850-an – 1920-an rumah yang ada cuma 8 keluarga. Ini berarti jika benar Ibrahim bin Kholiq pendiri Dusun Reco berarti beliau adalah keponakan dari Sunan Giri periode terakhir.
 Penulis meyakini bahwa makam itu adalah makam seorang wali karena ukuran panjangnya sekitar 2,5 meter lebih. Kuburan sejenis ini hanya terdapat didaerah makam-makam yang diyakini makam seorang wali. Apalagi tempat makam ini dinamakan dengan Kramat yang sangat jelas berasal dari Bhs. Arab “Karomah” dimana kita mengetahui Karomah hanya diberikan Allah kepada manusia yang berilmu sangat tinggi.
Jika kemunculan Dusun Reco sekitar tahun 1900-an penulis kurang berkenan karena penemuan fosil Pithecantrophus Mojokertensis atau manusia perning yang terletak  300 meter sebelah timur makam Kramat ditemukan pada Tahun 1936 oleh warga Belanda. Ini mengindikasikan bahwa Dusun Reco dan sekitarnya pada waktu itu telah banyak penduduknya. Bukankah penggalian fosil memerlukan buruh kasar yang banyak, lalu dari mana buruh kasar tersebut kalau tidak dari warga Dusun Reco dan sekitarnya ?

B. Batas-Batas Dan Data-Data Administrasi Kampung
 Dusun Reco yang luasnya  192.500 M2 bisa dikategorikan terpencil karena Dusun ini dikelilingi oleh ladang garapan. Sebelah barat ada ladang milik warga Dusun Reco dan milik warga Dusun Kwangen yang dialiri sungai kecil yang melintas setengah melingkar dari perbatasan utara Dusun Reco sampai perbatasan sebelah selatan dusun yaitu Dusun Kwangen. Pertengahan batas selatan sebelah timur adalah ladang milik warga Dusun Klagen. Sedangkan batas timur Dusun ditandai dengan jalan umum yang menghubungkan desa Perning disebelah selatan sampai dengan Desa Dawar Blandong di utara. Batas utara ada ladang yang sangat luas yang dimiliki oleh berbagai warga Dusun sekitar dan warga Dusun Reco sendiri.
 Sebagaimana kampung-kampung lain, di Dusun Reco pimpinan tertinggi adalah Kepala Dusun yang sejak tahun 1967 sampai sekarang dijabat oleh Bpk. Mustari. Sedangkan ketua RW yang di Dusun Reco hanya ada 1 RW di pegang oleh Bpk. Moch. Arifin. Rukun Tetangga (RT) ada 2 yaitu RT. 04 yang dipegang oleh Bpk. Sarto dan RT. 05 yang dijabat oleh Bpk. Kartono.
 Sudah menjadi kultur di kampung-kampung bahwa pimpinan tertinggi secara tidak langsung harus mempunyai pengetahuan yang mendalam, setidaknya wawasan keilmuannya melebihi penduduk kampung tersebut. Begitupun juga Kepala Dusun Reco beliau dianggap tokoh agama juga. Sebagai suri tauladan bagaimanakah cara melaksanakan ajaran agama yang “tepat” tanda kutip disini penulis cantumkan karena ketepatan dalam melaksanakan agama, kita semua mafhum adalah sesuatu yang relatif.
 Agaknya perkembangan agama Islam di Dusun Reco kurang menggembirakan karena sejak kecil sampai sekarang pemegang otoritas agama tidak jauh bergeser. dari Bpk. Saliman yang sekarang menjadi ketua takmir masjid “Al Abror” Bpk. Syamsuri sebagai wakilnya serta lain-lainnya. Sebatas merekalah yang di otak-atik, silih berganti untuk menduduki suatu jabatan dalam kegiatan keagamaan baik yang temporer ataupun permanen.
 Memang beberapa tahun belakangan ini ada penambahan anggota baru yang berasal dari pendatang dan penduduk setempat yang tergolong masih muda. Namun agaknya hal tersebut kurang dapat diterima oleh masyarakat. Itu karena paradigma pemikiran masyarakat yang tidak mau perubahan-perubahan kebiasaan dan pemikiran baru yang dibawa oleh para kaum muda.

C. Situasi dan Kondisi Masyarakat Dusun Reco
 Sampai saat ini jumlah penduduk Dusun Reco sebanyak 379 orang. Penduduk asli adalah etnis Jawa sekitar 97 % sedangkan penduduk yang berasal dari etnis Madura dengan prosentase 3%. Mereka adalah pendatang akibat dari perkawinan campuran.
Tingkat pendidikan penduduk dari golongan tua (50 th – keatas) yang melek huruf sejumlah 3% yang menamatkan Sekolah Rakyat sekitar 1,5 %. Penduduk yang berumur 30 – 50 th ada 249 orang. Yang tamat sampai SLTA hanya 56 orang yang tamat sampai SLTP sejumlah 33 orang yang menamatkan SD/SR sebanyak 204 orang yang tidak pernah mengecap bangku SD sebanyak 3 orang.
Penduduk yang berumur 15 – 30 th sejumlah 90 orang. Yang tidak pernah mengecap pendidikan sama sekali ada 3 orang. Yang lulus hanya sampai SD sebanyak 7 orang sedangkan yang telah menamatkan SLTP dan tidak meneruskan lagi ada 27 orang. Yang telah lulus atau yang masih menjalani sekolah di SLTA sebanyak 50 orang. Jadi sisa dari jumlah tersebut di atas yaitu 3 orang termasuk penulis masih dalam proses pendidikan perguruan tinggi. Dari 90 orang di atas yang telah menikah sebanyak 42 orang.
Kebanyakan mata pencaharian penduduk Dusun Reco adalah sebagai buruh pabrik. Sebetulnya diantara mereka banyak yang mempunyai ladang, tapi banyak yang tidak mau menggarap ladang yang dimilikinya karena disewakan atau karena hasilnya yang kurang menjanjikan sehingga ladangnya dibiarkan tak terurus atau dijual ke para tengkulak tanah yang biasa membeli tanah secara partai/kelompok yang biasa disebut dengan istilah tanah landasan.
Sampai saat ini yang masih perlu dibanggakan dari penduduk Dusun Reco dan semoga tidak berubah adalah mereka 100% beragama Islam dengan prosentase yang mengamalkan ajaran Islam secara taat adalah 30%.

D. Kegiatan-kegiatan Sosial dan Keagamaan
 Di Dusun Reco bentuk-bentuk kegiatan yang biasa dilakukan tidak banyak variasi yang bisa ditunjukkan. Kebanyakan bentuk kegiatannya monoton. Misalnya kerja bakti tiap 2 minggu sekali untuk memperbaiki lingkungan kampung. Dalam keadaan tertentu masyarakat biasa secara sukarela mengerahkan tenaga guna membantu tetangga yang sedang membangun rumah. Biasanya pengerahan tenaga secara gratis ini pada saat menggali pondasi dan menaikkan genteng pada awal pembuatan rumah. Atau menurunkan dan menaikkan genteng pada waktu merestorasi rumah. Dalam istilah jawanya kegiatan gratis ini disebut dengan soyo. Tentu saja hal ini dilakukan secara bergiliran. Atau ada juga pada waktu tetangga mengadakan walimah (Ursy, khitan dll) tetangga yang dekat secara sukarela membantu demi kelancaran acara tersebut. Semua contoh-contoh di atas adalah bentuk-bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan.
 Sedangkan bentuk kegiatan keagamaan hanya terbatas pada waktu hari raya Idul Fitri yaitu dalam hal pembagian zakat fitrah dan pada waktu Idul Adha untuk menyembelih dan membagikan daging qurban ada juga kegiatan yang sangat bagus dan perlu dilestarikan dalam kegiatan keagamaan ini yaitu penggalangan dana untuk membantu anggota masyarakat yang mungkin terkena musibah sewaktu-waktu. Walaupun dana tersebut tidak diberikan seluruhnya setidaknya bisa menunjukkan kebersamaan sesama anggota masyarakat. Menjenguk penduduk yang sakit sampai diopname biasa diorganisir oleh ketua jam’iyah tahlil. Tentu saja bila yang sakit wanita maka yang menjenguk adalah jam’iyah tahlil putri begitupun juga kalau yang sakit itu pria maka yang menjenguk adalah anggota jam’iyah tahlil putra.

E. Fasilitas/Sarana Prasarana Sosial Kemasyarakatan, Keagamaan dan
  Ekonomi
Fasilitas transportasi yang menghubungkan Dusun Reco dengan Dusun lainnya berupa jalan tanah yang tentu saja akan becek bila musim hujan tiba. Untunglah pada tahun anggaran 2003 ini jalan kampung desa Kepuh Klagen yang merupakan jalan utama desa telah dimakadam dengan jalan yang diaspal sepanjang 300 meter. Penerangan secara sukarela warga memasang lampu di depan rumahnya.
Mungkin karena Dusun Reco yang tergolong sempit. Sampai saat ini Dusun Reco tidak memiliki lapangan yang digunakan untuk berbagai kegiatan. Maka jadilah jalan Dusun atau halaman rumah penduduk yang luas, tempat alternatif untuk kegiatan. Terutama anak-anak yang senang bermain.
Pada mulanya rumah Kepala Dusun yang dijadikan tempat pertemuan masyarakat untuk membahas suatu masalah. Untunglah pada tahun anggaran 2001 – 2002 Dusun reco telah membangun sebuah balai dusun yang sayangnya sampai sekarang pembangunannya masih belum selesai karena suatu alasan yang sangat klise, kekurangan dana!
Dulu ada Poskamling yang digunakan tempat para petugas ronda malam setelah atau sesudah keliling kampung. Sayangnya pos itu sekarang terbengkalai karena tidak pernah digunakan untuk ronda malam lagi disebabkan tidak ada jadual untuk bergilir ronda malam. Mungkin karena situasi kemanan kampung yang kondusif atau etos kerja masyarakat yang mengenaskan (pemalas?).
Ada dua petak tanah yang terletak agak berdekatan sekitar 100 meter diwakafkan untuk tempat beribadah. Yang terletak disebelah timur adalah tanah milik almarhum Bpk. Tubi di situ didirikan musholla “Al-Absor” dengan bangunan sederhana namun agak kokoh. Sedangkan yang terletak di barat adalah tanah milik almarhum Bpk. Ja’un yang tergolong generasi kedua warga Dusun Reco. Di atas tanah itu berdiri bangunan kecil nan megah yang pada mulanya hanya langgar biasa. Sejak tahun 1990 dirubah menjadi masjid “Al Abror” sampai saat ini masjid tersebut telah mengalami 3 kali pemugaran.
Silih berganti warung dan toko muncul untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk Dusun. Banyak yang tidak bisa bertahan karena persaingan yang ketat atau manajemen yang tidak profesional. Sampai saat ini yang masih bertahan adalah 2 warung 2 toko pracangan dan 1 toko sekaligus warung. Yang tersebut terakhir ini adalah yang paling awal berdiri. Barang-barang yang dijual mengambilnya dari Desa Perning yang terletak kira-kira 3 kiloan ke selatan.
Akhir-akhir ini indikasi meningkatnya kejadian tindak kriminal di desa tetangga semakin mengkhawatirkan. Salah satu faktornya adalah pemerintah desa kurang memperhatikan sarana penerangan sehingga memudahkan orang untuk betindak jahat dikhawatirkan hal ini berimbas juga pada Dusun Reco karena bagaimanapun jalan desa tetangga itu adalah sarana transportasi utama baik siang maupun malam.

F. Kegiatan-kegiatan Khusus Sehari-hari Pada Umumnya
Sehari-hari kegiatan yang dilakukan para Bapak adalah bekerja mencari nafkah. Ada yang pergi ke ladang, ke pabrik, ke bangunan dan lain-lain. Sedangkan ibu-ibu selain memasak, mencuci, mengasuh anak, tiap hari Selasa mereka berkumpul dalam acara arisan mingguan ini adalah kegiatan ibu-ibu PKK.
Karena kesadaran akan pendidikan yang rendah atau karena keadaan perekonomian yang rendah maka setelah SLTP/SLTA kebanyakan dari para pemudanya akan menikah secepatnya. Terutama yang putri. Sedangkan para pemudanya sebagaimana umumnya mereka bekerja di pabrik sebagai buruh kasar. Yang tidak menemukan pekerjaan atau tidak mau bekerja siangnya hanya tidur dan malamnya begadang nongkrong sambil menyanyi mengganggu orang yang lagi istirahat.
Karang Taruna sebagai organisasi para pemuda untuk berkreasi rupanya kurang dapat mengembangkan kegiatan. Yang kelihatan cuma kegiatan arisan mingguan, melayani pembayaran listrik dan kegiatan temporer rutin yaitu perayaan hari kemerdekaan RI pada bulan Agustus.
Anak-anak usia SD/SLTP serta balita kegiatannya tidaklah sama dengan kegiatan anak-anak kota pada usia yang sama. Di kota anak-anak seusia mereka pasti mempunyai kegiatan yang padat dan pasti banyak berguna bagi kehidupan masa depan nanti. Sedangkan di Dusun Reco apabila mereka telah pulang dari sekolah kegiatannya cuma bermain-main atau kegiatan lain yang tidak ada manfaatnya kecuali senang.

G. Isu-isu/Rumor Yang biasa Hangat di Bicarakan dan Tindak Kejahatan yang
Biasa Terjadi
Keadaan yang memungkinkan anggota masyarakat berhubungan langsung sesering mungkin menyebabkan peristiwa yang baru berlangsung seketika terdengar diseantero warga dusun.
Yang selalu hangat dan mungkin akan selalu menjadi pembicaraan adalah rumor mengenai hubungan antara wanita dan pria. Yang sudah kawin pembicaraan yang hangat adalah mengenai perselingkuhan warga dengan sesama warga dusun atau dengan warga dusun lain. Yang lajang tentu saja mengenai hubungan pacaran dengan teman sekampung yang tidak direstui orang tua, atau merebut cinta teman dll. Setahu penulis pembicaraan mengenai hal inilah yang tidak pernah lekang dimakan waktu dengan aktor yang berganti-ganti atau yang itu-itu saja. Ada juga pembicaraan mengenai mereka yang terbirit-birit lari atau tak bisa bernafas karena tercekik belitan rentenir modern yang bernama bank “cuilan”, yaitu jenis pinjaman yang ditarik tiap hari atau tiap mingguan.
Syukur alhamdulillah Dusun Reco termasuk kampung teraman. Ini terbukti dari kejadian-kejadian tindak pidana yang hampir-hampir tidak pernah terjadi. Dari penulis lahir sampai sekarang pencurian hanya terjadi 3 kali, yaitu pencurian sapi 3 ekor, pencurian TV 1 buah dan pencurian ayam beberapa ekor. Selain itu tidak ada kejadian yang menyebabkan sampai warga kampung dipenjara. Pemerkosaan, pembunuhan dan lain-lain merupakan hal-hal yang hampir tidak dikenal warga.

H. Kegiatan-Kegiatan Khusus Ummat Islam
Sebagaimana warga Nadliyin di lain-lain tempat, pembacaan Tahlil adalah suatu keharusan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu malam Kamis setelah Sholat Maghrib untuk ibu-ibu sedangkan untuk bapak-bapak pada hari Kamis malam Jum’at. Tiap 3 bulan sekali atau kalau ada undangan dari kampung lain ibu-ibu secara berombongan menghadiri istighosah ditempat yang selalu berganti-ganti. Sesekali bila waktu Hari Besar Islam Jam’iyah Tahlil putra dan putri urunan untuk mengundang Ustad/Ustadzah untuk memberikan ceramah agama. Biasanya ditempatkan di masjid atau musholla.
Pembacaan diba’ dilaksanakan tiap hari Sabtu malam Minggu dengan anggota anak-anak wanita sampai para ibu bertempat di rumah-rumah secara bergiliran. Sedangkan untuk yang pria, dulu memang ada jam’iyah diba’ juga, tapi sejak tahun 2000 tidak aktif lagi karena dibubarkan. Hal ini disebabkan anggotanya yang semakin sedikit. Kebetulan waktu itu penulis yang menjadi ketua jam’iyah tersebut yang membubarkan juga penulis juga karena berbagai alasan.
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) santrinya adalah anak-anak seusia TK – SLTP. Kegiatannya adalah sehabis Dhuhur para santri itu berangkat ke desa tetangga. Di Dusun sendiri sebetulnya ada juga kegiatan mengajar mengaji sehabis Maghrib, tapi karena penataan administrasi yang kurang bagus sehingga santrinya semakin berkurang bahkan hampir habis.



BAB III
PEMBAHASAN PERMASALAHAN



 Dengan uraian yang panjang lebar di atas, dari asal-usul Dusun Reco hingga kegiatan masyarakatnya penulis bisa menarik beberapa permasalahan yang perlu dibahas dan dikomentari yang setidaknya bisa dijadikan tolok ukur permasalahan ummat Islam umumnya dan ummat Islam Dusun Reco secara khusus.
Beberapa permasalahan yang perlu penulis sampaikan adalah :
1. Kurangnya Kesadaran Regenerasi Ummat
Sesuatu prestasi yang aneh dan jauh dari membanggakan bila penulis melihat sampai saat ini Kepala Dusun Reco dijabat oleh satu orang saja. Tentu saja hal ini berakibat terhambatnya – kalau tidak boleh dikatakan mandek – perkembangan insfrastruktur, sarana, fasilitas atau apa saja yang semakin membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan jaman. Generasi tua bagaimanapun majunya pemikiran yang dimiliki tentu semakin lama akan semakin ketinggalan jaman. Tentu akan beda yang terjadi bila tiap satu periode pimpinan berganti. Begitupun juga pada pengurus bidang keagamaan, alangkah bagusnya bila mereka-mereka yang telah begitu lama menjabat, berbesar hati menyerahkan tampuk kepemimpinan pada yang lebih muda dan mempunyai pemikiran yang lebih progresif. Dengan catatan tetap memberi pengarahan tanpa maksud mengekang, mensupport dari belakang tanpa bermaksud menjegal.
2. Kesadaran Pada Peningkatan Pendidikan
Sebetulnya masyarakat Dusun Reco mesti malu bila melihat kampung-kampung disebelah utara yang terpencil dan selama ini dianggap kampungan, remeh, terbelakang, tidak punya harkat/prestise yang bisa dibanggakan. Padahal pada kenyataannya sepengetahuan penulis justru diantara mereka banyak yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan perguruan tinggi dan masih banyak yang menyusul. Itu berarti Dusun Reco telah ketinggalan kereta begitu jauh. Karena sampai saat ini tidak ada satupun warga jebolan S1.
Begitupun juga dengan pendidikan agama masyarakat telah merasa cukup bila anak sudah khatam Qur’an di TPQ yang dimasukinya. Ironis sekali, bahwa hingga saat ini yang mengenyam pendidikan pesantren hanya 5 anak saja dari puluhan anak yang ada. Bisa dibayangkan, bagaimana nasib agama Islam kelak jika hal ini terus terjadi dan dibiarkan.
3. Ukhuwwah Islamiyah dengan Kesatuan Misi dan Visi
Hal ini sangat penting sekali mengingat dari dahulu sampai sekarang rebutan pengaruh, ingin selalu menjadi yang terdepan, saling menjegal atau menggunting dalam lipatan tak pernah sekalipun ada usaha untuk diperbaiki.
Boleh jadi di atas permukaan mereka rukun, saling membantu pada setiap kegiatan, pada kenyataannya trik-trik untuk menjatuhkan kawan yang dianggap lawan selalu dilontarkan demi tercapainya ambisi pribadi.
Memang banyak yang menyadari hal ini, sayangnya yang sadar lebih baik mundur dari pada ikut arus yang jelek dan tidak menguntungkan. Karena bagaimanapun tidak ada untungnya yang bisa diambil.
Secara khusus penulis adalah salah satu korban dari keadaan seperti ini. Hanya kesadaran akan kurangnya ilmulah yang isnya Allah bisa meredam ambisi dan memperbaiki hal tersebut, setidaknya meminimalisirnya.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan
Dari uraian dan permasalahan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
- Dusun Reco adalah Dusun sempit dengan pemeluk agama Islam 100% dengan afiliasi organisani Nahdlatul Ulama’.
- Perkembangan Islam kurang menggembirakan dengan keyakinan kejawen yang masih kental.
- Masalah pendidikan yang dicanangkan pemerintah kurang berhasil, sebab tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai, biaya yang mahal. Sehingga sehabis SLTP pekerjaanlah yang diburu bukannya sekolah untuk meningkat pengetahuan.
- Pendidikan umum lebih diminati karena dianggap lebih menjanjikan mencapai masa depan cemerlang. Sedangkan pendidikan agama cukup di TPQ atau diniyah saja.
- Secara tidak langsung masyarakat telah terjangkiti penyakit Individualisme/Egoisme. Karena mereka merasa dirinya telah berhasil bila tingkat perekonomiannya lebih tinggi dari yang lain tanpa pernah mau berpikir bagaimana dirinya bermanfaat bagi masyarakat.
- Masyarakat tidak menyadari bahwa mereka telah terjebak pada kegiatan agama yang bersifat rutinitas dan simbolis saja. mereka telah merasa cukup apabila telah menjadi anggota jam’iyah tahlil atau diba’ tanpa suatu keharusan mengejawantahkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ini terbukti dengan pasangan yang telah menikah melakukan perzinahan yang dilakukan atas dasar suka sama suka dan perjudian terbuka. Padahal mereka aktif dalam kegiatan agama tersebut.
- Remaja pria sangat rentan terhadap kontaminasi budaya barat yang disaksikan tiap hari di televisi dan pergaulan dengan dunia luar. Tidak menutup kemungkinan juga pada remaja putri, tapi setidaknya remaja putri masih banyak yang aktif dalam kegiatan keagamaan. Beda dengan remaja putra yang sangat alergi dengan kegiatan yang berbau Islam. Ini merupakan cerminan nasib kampung yang dipastikan buram bila hal ini berkelanjutan.

B. Saran-Saran Umum
a) Perlunya memberi fasilitas yang seimbang dengan tenaga dan pikiran bagi mereka-mereka yang berkecimpung dalam kegiatan masyarakat. Apalagi sebagai pimpinan. Agar reformasi dalam masyarakat bisa berjalan lancar. Misalnya jabatan Kasun. Sampai bertahun-tahun tidak ada yang menggantikan karena apa yang diberikan melalui pikiran dan tenaga tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Sangat minim sekali. Sehingga perhitungannya lebih baik bekerja di pabrik yang ringan beban daripada menjadi pemimpin kampung yang bebannya berat tapi tidak menghasilkan.
b) Karang taruna membutuhkan pemimpin yang progresif agar bisa membimbing para remaja untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki. Terutama dalam menciptakan pekerjaan, untuk mengurangi pengangguran yang semakin hari tidak semakin berkurang.
c) Menindak lanjuti saran di point b. Karang taruna hendaknya memunculkan sosok pemimpin yang mempunyai kharisma memukau dengan kemampuan yang memadai agar para remaja mudah diatur untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka.
d) Untuk mengantisipasi kejahatan kriminal yang barangkali terjadi, hendaknya penerangan lampu lebih ditingkatkan. Dan pembuatan jadual giliran ronda malam di munculkan lagi.

C. Saran-Saran Khusus Untuk Ummat Islam
a) Perlu didirikan yayasan yang membawahi kegiatan keislaman. Terutama yang menyangkut pendidikan seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) agar mereka-mereka yang belajar Al-Qur’an tidak sampai keluar kampung. Dengan adanya yayasan ini diharapkan bisa lebih mengorganisir kegiatan keagamaan dan lebih meningkatkan mutu.
b) Bisa juga kegiatan-kegiatan jam’iyah yang rutin dan bersifat simbolis saja itu dimasuki acara-acara yang mengacu pada peningkatan pada mutu pemahaman agama. Agar lebih berisi dengan hal-hal yang menjuru pada kemajuan ummat Islam.
c) Mungkin sudah saatnya dimunculkan tokoh sekaliber Kyai di Dusun Reco. Karena budaya warga nadliyin dengan kultus individunya yang masih kental dan percaya begitu saja dengan omongan kyai tanpa reserve. Tentu saja kyai ini harus mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bidang agama dengan pemikiran pembaharuan disegala bidang sehingga bisa membawa Dusun Reco pada pemikiran yang lebih modern.

1 komentar: