Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 21 Mei 2010

KEMEROSOTAN AKHLAQ

BAB I
PENDAHULUAN




A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dalam segala aktifitasnya. Mereka tak akan bisa menjalankan kegiatannya bila tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Berupa moril maupun materiel. Sekalipun kegiatan itu berupa uzlah atau mengasingkan diri. Nabi Muhammad SAW dalam bertahannuts di gua Hira’ tanpa bantuan istrinya, mustahil bisa tenang melakukan kegiatan tersebut. Ini adalah fakta sejarah abadi bahwa dalam segala bentuk kegiatan manusia selalu membutuhkan bantuan sesamanya.
Dari pada itu, manusia dalam berinteraksi terhadap sesamanya, terikat norma-norma atau aturan-aturan agar dalam membina hubungan tidak terjadi kesalah pahaman. Bertolak dari inilah Pendidikan Agama Islam diberikan sebagai salah satu program pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang diajarkan disekolah, baik negeri maupun swasta. Mempunyai andil dalam mewujudkan generasi yang berakhlak karimah. Oleh karena itu perlu adanya perhatian serius agar tujuan pendidikan agama yang merupakan wadah pembentukan generasi Rabbani bisa terealisasi.
Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berkhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajarannya meliputi : keimanan, ibadah, al Qur’an, muamalah, syari’ah, tarikh (sejarah Islam) dan Akhlak. Yang tersebut terakhir inilah merupakan bahasan utama dalam makalah ini.
Sebagaimana telah diketahui kehancuran akhlak diberbagai bidang semakin hari tidak menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, justru sebaliknya, kerusakan akhlak dewasa ini sudah diambang batas, sehingga pembinaan akhlak yang serius sudah menjadi kebutuhan yang mendesak dan tak bisa ditawar-tawar lagi.
Tentu menjadi pertanyaan seberapa jauh keberhasilan Pendidikan Agama Islam di sekolah selama ini. Hal ini menurut Husni Rahim berkaitan dengan sedikitnya tiga hal :


Pertama, kenyataan anak didik setelah belajar 12 tahun (SD,SLTP, dan SMU/K), umumnya tidak mampu membaca al Qur’an dengan baik, tidak melakukan shalat dengan tertib, tidak melakukan puasa di bulan Ramadhan dan tidak berakhlak.
Kedua,masih seringnya terjadi tawuran antar siswa sekolah yang tidak jarang memakan korban jiwa, juga masih banyaknya pelanggaran susila serta tingginya prosentasi pengguna obat terlarang dan minuman keras dikalangan anak sekolah.
Ketiga, masih meluasnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disemua sektor kemasyarakatan, merupakan isyarat masih lemahnya kendali akhlak di dalam diri seseorang, sehingga ia bersifat konsumtif, berprilaku hidup mewah, dan mudah tergoda untuk berbuat tidak baik. Ini menggambarkan kurang berperannya pendidikan agama.1


 Mengingat pentingnya tujuan Pendidikan Agama Islam dan dalam rangka mencapai mencapai masyarakat madani yang berakhlak mulia diperlukan suatu metode yang bisa digunakan demi mencapai hasil yang menggembirakan.




B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah sebab akibat kerusakan akhlak dewasa ini ?
2. Metode Pendidikan Agama Islam yang bisa menjadi acuan upaya preventif dan kuratif dalam mengatasi kemerosotan akhlak (dekadensi moral).

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui :
1. Beberapa hal yang menjadi sebab terjadinya kemerosotan akhlak serta berbagai akibat yang ditimbulkannya.
2. Memberikan solusi untuk dijadikan wacana alternatif pemecahan dalam menghadapi berbagai masalah yang merusak akhlak generasi muda saat ini.

D. Kerangka Berpikir
Pencarian akar suatu masalah, dalam hal ini dekadensi moral mempunyai tujuan untuk mencari solusi yang tepat. Analisis yang sungguh-sungguh oleh pihak-pihak yang berkompeten akan sangat mempengaruhi solusi yang dihasilkan, sehingga bila hal itu dilaksanakan akan menjadi obat yang mujarab. Disinilah harus disadari, usaha yang gigih tanpa didasari ilmu yang tepat tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Justru merupakan virus yang menggerogoti dari dalam.







BAB II
ANALISIS MASALAH




A. Akhlak, Definisi dan Pengertiannya

Definisi akhlak menurut bahasa adalah tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.1
Istilah lain dari akhlak adalah etika dan moral. Akhlak pada dasarnya melekat pada diri manusia, menyertai perilaku dan perbuatan. Di sinilah awal dari pembagian dari akhlak. Jika perbuatan yang dilakukan itu adalah buruk, maka disebut akhlak yang jelek atau akhlak mazmumah. Sebaliknya perilaku yang baik disebut akhlaqul mahmudah atau akhlak yang baik.2
Akhlak Islam tidak terlepas dari aqidah dan syari’ah yang telah ditentukan oleh pembuat syar’i (Allah). Oleh karena itu segala tingkah laku seseorang yang beragama Islam harus selalu bersandarkan pada aspek keyakinan dan ketaatan pada sang Khalik. Sehingga memunculkan tingkah laku yang baik. Sebagaimana yang pernah dikatakan Nabi Muhammad SAW bahwa beliau dijadikan rasul hanyalah untuk menunjukkan, mengarahkan,memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia (baik)
Menunjuk pada hal tersebut Muhammad SAW adalah prototipe manusia yang menjadi figur pertama dalam menerapkan ajaran-ajaran Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ للَّهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْ جُوْااللََّهَ وَالْيَوْمَ لاَْخِرِ وَذَكَرَاللَّهَ كَثِيْرًا
Artinya:
“Sungguh dalam diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik untuk kamu dan untuk orang yang mengharapkan keridhaan Allah (dan kedatangan) hari akhir, serta ia banyak mengingat Allah.” (Q.S. Al Ahzab 21)
Agama Islam dijadikan sebagai awal dari pembentukan generasi yang Rabbani karena Agama Islam merupakan ajaran yang sempurna ini dapat dilihat dalam Firman Allah SWT :
.....اَلْيَوْمَاَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلاِسْلاَ مَدِيْنًا.....
Artinya :
“......Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu buat kamu dan Aku cukupkan ni’matKu bagimu dan Aku ridhai Islam menjadi agama bagimu.......”
(QS. Al Maidah 3)

B. Sebab Akibat Merosotnya Akhlak Generasi Muda Saat Ini
Gerakan Islam ditahun belakangan ini menghadapi berbagai tragedi, suasana yang sukar lagi menyulitkan sambung-menyambung menyebabkan pertumbuhan da’wah Islam terhambat.3
Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri di dunia, maka berkembang pula tantangan-tantangan yang menghalangi maju dan berkembangnya penyebaran da’wah.
Inflitrasi kebudayaan dari segala arah dengan berbagai cara senantiasa dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Berbagai model sarana ditampilkan menarik perhatian generasi muda. Sehingga yang jelek tampak menjadi indah, yang buruk dikatakan baik dengan berbagai argumen diajukan yang ragu menjadi yakin untuk mengikuti arus inflitrasi tersebut.
Sangat disayangkan, ternyata serangan kaum kuffar tersebut tak disadari oleh kalangan dakwah, ulama serta cendekiawan muslim atau mereka telah mengetahui tapi pura-pura tak mengerti. Sedikit sekali diantara mereka yang bersungguh-sungguh menangkis serangan kaum kuffar tersebut. Padahal jauh-jauh hari Allah telah memperingatkan dalam al Qur’anNya yang mulia :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَالنَّصَرَ ى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Artinya :
“Dan Orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tidak akan senang kepadamu, kecuali apabila kamu turut agama mereka.......” (QS. Al Baqarah 120)
 Disegala sudut dan berbagai bidang kehidupan serangan ini mereka lancarkan, Dibidang ekonomi, politik bahkan dibidang pendidikan. Justru yang tersebut terakhir, adalah langkah yang paling getol mereka canangkan. Dengan istilah ghazwul fikr. Rencana ini telah dimulai dan akan terus dilancarkan selama belum berhasil. Sudah barang tentu mereka akan dengan teguh mempertahankan bila yang mereka citakan telah berhasil.4
 Memperhatikan uraian di atas, dirasa sangat mendesak adanya suatu metode yang sempurna untuk menangkis serangan ghazwul fikr dimana dengan adanya metode ini perlawanan umat Islam terhadap gencarnya serangan kaum kuffar diberbagai bidang diharapkan lebh terarah dan sistematis. Tanpa adanya suatu metode yang kamilah (sempurna), da’wah akan menjadi sesuatu yang sia sia, tak berfaedah, menguras tenaga namun tiada hasil yang didapat. Secara komprehensif metode ini diformulasikan kedalam kurikulum pendidikan yang mengacu pada penelaahan agama. Maka metode yang di dapat diharapkan bisa menjadi acuan yang tepat.
 Di sinilah metode yang dimaksud adalah merupakan hasil dari suatu pola pemikiran yang berlandaskan ilmu kekinian dengan ilmu-ilmu agama dengan kata lain metode yang efisien bagi pokok-pkok pendidikan adalah harus adanya persenyawaan antara hasil eksperimen manusia dengan ajaran-ajaran syariat untuk menempa jiwa umat Islam .5
 Bila menilik tujuan pendidikan adalah bertujuan menjadikan manusia Insan kamil (manusia yang sempurna) dengan kata lain manusia ini mempunyai kualifikasi yang serasi dan seimbang, antara kondisi jasmani dan rohani, serta serasi dalam segala aspeknya.6 Bisa diambil kesimpulan bahwa kehidupan kemanusiaan harus selalu dapat mengambil manfaat dari dunia tanpa meninggalkan kehidupan akhiratnya kelak.
Sebagaimana firman Allah SWT :
وَابْتَغِ فِيْمَآ اَتَكَ اللَّهُ الدَّارَاْلاَخِرَةَ وَلاَتَنْسَ نَصِيْبَكِ مِنَ الدُّ نْيَا ..........
Artinya :
“Dan tuntutlah tempat tinggal diakhirat dengan kekayaan yang telah dianugerahkan Allah kepada engkau; dan janganlah engkau lupakan bagian (nasib) engkau di dunia ini;....” (QS. Al Qashas 77)
 Urgensi pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam adalah membentengi generasi penerus dari inflitrasi kebudayaan yang bertentangan dengan aqidah dan syari’ah Islam maka dengan adanya metode yang berpedoman pada agama dengan menyeimbangkan terhadap kebutuhan kehidupan modern akan menjadikan generasi penerus yang bermanfaat bagi bangsa, agama dan mensyi’arkan kesempurnaan agama Islam.

C. Metode Pendidikan Agama Islam untuk Mencegah Dekadensi Moral
Kebanggaan akan kuantitas seringkali membuat terlena umat Islam. Tak menyadari akan datangnya bahaya. Padahal sunnatullah berjalan tanpa memperhatikan beriman atau kafirnya suatu umat. Hukum kausalitas berjalan tetap sejak adanya dunia ini hingga datangnya kiamat nanti. Dari kelalaian inilah umat Islam sekarang mengalami kehancuran setahap demi setahap. Betapa banyak fakta sejarah membuktikan umat yang minoritas mengalahkan umat yang mayoritas.
Tentu mereka bisa melakukan hal itu bukan semudah membalik telapak tangan. Mereka punya taktik yang jitu, punya siasat yang ampuh dengan perhitungan yang mendalam sehingga mereka bisa memetik kemenangan yang gemilang.
Di sinilah bisa diambil ibrah, kesempurnaan metode sangat mempengaruhi keberhasilan perjuangan. Sejajar dengan masalah tersebut dalam hal pendidikanpun, dalam rangka menyiapkan generasi rabbani yang terbebas dari akhlak yang rendah mutlak harus dimulai dari Pendidikan Agama Islam. Sistem pengajaran atau pendidikan yang mengerti kebutuhan jaman sekarang secara intensif dilaksanakan, akan menghasilkan generasi yang diidam-idamkan.
Mengenai betapa pentingnya pencegahan kemerosotan akhlak di intensifkan melalui pendidikan, karena sangat gamblang dilihat bahwa kerusakan moral generasi Islam khususnya para pemuda saat ini disebabkan sekularisasi ilmu yang memisahkan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Yang memunculkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang kehilangan roh pada ilmunya karena minimnya pemahaman agama, serta menghadirkan ulama-ulama Islam yang kerdil bahkan memusuhi pertumbuhan teknologi dikarenakan kebodohannya pada masalah ilmu-ilmu eksakta.
Peran penting Pendidikan Agama Islam harus bisa memadukan terpisahnya ilmu agama dan ilmu-ilmu yang dianggap non agama dan bisa mengembalikan kejayaan umat Islam pada generasi awal pertumbuhan Islam dengan mensejajarkan semua ilmu pengetahuan dan teknologi.7



BAB III
PEMBAHASAN MASALAH





A. Sebab Akibat Merosotnya Akhlak Generasi Muda Saat Ini
Dari pandangan-pandangan yang telah dipaparkan dengan gamblang di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pangkal segala dekadensi moral dekade terakhir ini adalah ghazwul fikr yang membawa beberapa hal serta berdampak seperti di bawah ini :
a. Sekularisasi ilmu yang mengakibatkan munculnya dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama.
b. Pengaburan makna agama sehingga mengakibatkan turunnya minat generasi muda untuk mempelajari agama.
c. Gerakan feminisme yang menuntut genderisasi yang mengakibatkan rumah kehilangan ratunya.
d. Pendidikan Seks yang kebablasan sehingga mengakibatkan paham free sex
e. Penggunaan narkoba yang semakin memprihatinkan.

Untuk lebih jelasnya sebab akibat merosotnya akhlak generasi muda, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sekularisasi Ilmu
Gerakan Renaissance akibat kekecewaan umat Kristiani terhadap dogma-dogma agama yang mengekang dan mengebiri perkembangan ilmu pengetahuan telah mengakibatkan gerakan revolusi.
Gerakan ini memang menghasilkan suatu revolusi industri yang sangat pesat tapi efek samping yang tak bisa dihindari adalah pemisahan urusan agama dan urusan dunia. Urusan agama dianggap sebatas kegiatan yang berlangsung di Masjid, Gereja ataupun Vihara. Sedangkan bila sudah berrurusan dengan dunia Tuhan tidak boleh dibawa-bawa. Inilah langkah sekularisasi yang semakin hari semakin nyata. Para agamawan terbelalak, tak ketinggalan juga para pioner teknologi itu sendiri. Mereka bukan tak tahu akibat buruk yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Sayangnya egoisme mereka lebih menonjol dibandingkan kepeduliannya. Akhirnya agama telah terbuang jauh ke selokan, tak pernah menjadi acuan peradaban. Agama sebatas ritual turun-temurun dan cuma dijadikan sebuah kepantasan.1
Kemajuan teknologi telah merubah kehidupan manusia dari kehidupan manual menuju kehidupan yang serba otomatis. Begitupun dalam kehidupan agama, kemajuan teknologi telah memudahkan tiap laku muamalah maupun ibadah.
Sebagai contoh, bila dulu untuk mengerjakan ibadah haji saja membutuhkan berbulan-bulan untuk sampai, tapi kini tujuan ke Mekkah saja dalam hitungan jam. Sayangnya manfaat kemajuan teknologi telah tertinggal jauh dari kejelekannya. Benar memang muamalah dan ibadah lebih mudah tapi dalam mengerjakan kemaksiatan juga semakin gampang.

2. Pengaburan Makna Agama

 Akibat serius yang ditimbulkan sekularisasi adalah semakin menurunnya minat generasi muda untuk mendalami agama. Agama dianggap penghambat kemajuan, membonsai pemikiran. Akhirnya mereka berlomba-lomba meraih semua ilmu eksakta dengan keyakinan bahwa hanya dengan ilmu itu mereka bisa hidup. Dunia tidak akan mencapai peradaban yang tinggi bila manusia masih menjadikan agama sebagai anutan dan acuan.
 Paham materialisme, hedonisme, empirisme semakin laris dengan banyak peminat, bahkan isme-isme yang meniadakan keberadaan Tuhan dijadikan ilmu yang layak ditempatkan diruang kaca. Lucunya mereka tak meyakini adanya Tuhan, tapi memunculkan “tuhan” baru dengan keyakinan mereka itu.
 Yang tak mereka sadari dan tak mereka akui bahwa bagaimanapun agama adalah pegangan hidup. Bagaimanapun agama adalah pegangan hidup. Tanpa agama dunia akan semakin cepat menuju kemusnahannya. Dengan menggunakan logika saja mudah ditebak, dengan jutaan pemeluk agama saja kerusakan bumi tidak dapat dielakkan apalagi dunia tanpa agama.
 Kurangnya minat generasi muda untuk mendalami agama, memang akibat langsung dari kaburnya pengertian hakikat agama. Sebagaimana kata Karl Marx : Agama adalah Candu masyarakat. Begitupun pemahaman generasi muda sekarang menganggap agama sudah layak dibuang, tanpa beragama, yang penting berbuat baik, sudah cukup.2
 Padahal definisi kebaikan bila menurutkan akal manusia tak akan mencapai kebenaran hakiki, sebab begitu banyak bukti apa yang dianggap manusia baik, justru berakibat buruk di kemudian hari.
Firman Allah :
....فَاِ نْ كَرِهْتُمُوْ هُنَّ فَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوْا شَئًْا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

Artinya :
“..........Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebajikan yang banyak” (QS. An Nisa’ 19)
3. Gerakan Feminisme

 Gerakan kaum feminis yang menuntut persamaan antara pria dan wanita dalam segala bidang semakin hari semakin marak. Mereka berdalih bahwa sesungguhnya potensi yang dimiliki wanita adalah setara dengan pria. Maka bila wanita diberi kesempatan yang sama maka bukan sesuatu yang mustahil peradaban dunia suatu saat dikuasai wanita.
 Sesungguhnya kalau mereka mau berpikir lebih mendalam tanpa memperturutkan hawa nafsu, apa yang selama ini mereka tuntut adalah sesuatu yang justru merugikan eksistensi wanita itu sendiri. Sebagai contoh mereka ingin persamaan dalam pekerjaan. Sebetulnya wajar saja tuntutan itu tapi yang tak mereka bayangkan betapa tersiksanya bila seorang wanita dipekerjakan di pengilangan minyak ataupun sebagai pekerja bangunan.
 Mencermati paham dan tuntutan yang digembor-gemborkan oleh para aktivis gerakan feminisme, tampak jelas bahwa mereka menganggap pria adalah musuhnya atau paling kurang adalah saingannya. Dalam keluargapun mereka tidak mau lagi urusan rumah tangga hanya di tangan pria. Mereka harus turut andil dalam setiap keputusan yang krusial.3
 Akibatnya tentu mudah ditebak, sendi-sendi kehidupan yang baik dan sudah mapan runtuh diterjang badai feminisme. Kini sulit ditemui keluarga yang ideal dinegara-negara yang menjunjung tinggi paham persamaan pria dan wanita. Karena keluarga telah kehilangan penopang utamanya. Mengakibatkan mental generasi penerus rusak, tak tahu arah. Kehilangan kendali sehingga mereka bersikap masa bodoh terhadap dirinya sendiri.
 Ironis memang karena keluarga yang semestinya menjadi sekolah atau pendidikan pertama bagi manusia kini kehilangan gurunya hanya karena ingin persamaan hak antara wanita dan pria.

4. Kebebasan Seks

 Ketertarikan seseorang terhadap lawan jenis merupakan salah satu karunia Allah SWT kepada manusia yang berfungsi menjaga kesinambungan keberadaannya. Ia ibarat api yang akan bermanfaat manakala terkendali dan menyala pada tempatnya.
 Namun kini gejolak seksual manusia telah menyala tanpa kendali ia tidak lagi bagaikan api dalam sekam tetapi berkobar disegala tempat, ditelevisi, suratkabar, majalah dan novel-novel. Membakar segala yang semestinya bukan menjadi bahan bakarnya. Sehingga menyebabkan hancurnya moral dan rusaknya tatanan sosial masyarakat. Karena berbagai serangan informasi seks yang tidak pada tempatnya kalangan ilmuwan menyimpulkan, bahwa pendidikan seks harus menjadi kurikulum sekolah. Disekolah-sekolah barat pendidikan seks telah dimasukkan dalam kurikulum mata pelajaran. Ternyata bukan hasil menggembirakan yang didapat tetapi malah mempercepat dekadensi moral generasi muda saat ini.4
 Kesalahan terbesar pendidikan seks yang ada sekarang adalah mereka tidak menekankan bahaya seks pra nikah dan dosanya, tetapi mereka menganjurkan dan mengajari bagaimana melakukan seks yang aman. Akibatnya kebejatan moral para pemuda semakin menjadi-jadi tak takut akan dosa karena memang agama telah hilang dari ingatan mereka.

5. Maraknya Penggunaan Narkoba

 Penggunaan Narkoba dalam berbagai bentuk dan jenisnya yang semakin marak bisa dijadikan indikator merosotnya akhlak para pemuda sekarang. Berita-berita yang berasal dari media cetak maupun media elektronik, semakin hari semakin membuat miris hati orang tua, terutama para pendidik ataupun kalangan akademisi.
 Padahal ditiap kesempatan para pemuda terutama para pelajar selalu diberi wawasan tentang bahayanya Narkoba. Namun penggunaan bukannya berkurang justru menunjukkan grafik peningkatan.
 Berbagai cara telah diupayakan untuk mencegah ataupun mengobati penyakit yang menggerogoti mental pemuda ini dengan penyuluhan-penyuluhan, penyebaran-penyebaran pamflet serta selebaran-selebaran yang memberitahukan bahayanya Narkoba. Justru disinilah letak kesalahannya, para aktivis sibuk berkampanye tapi sedikit sekali yang membuat langkah konkret dengan memberi contoh yang baik. Berkoar-koar dengan mulut tapi tak dibarengi dengan gerakan tubuh.

B. Pendidikan Islam dalam Upaya Preventif dan Kuratif Dekadensi Moral

Memperhatikan kerusakan pemuda saat ini tidak hanya bidang jasmani saja tapi juga menyangkut mental maupun spiritual. Maka metode pencegahan (preventif) tidak bisa hanya dari satu sudut segi saja yang dirasakan sangat mendesak. Tetapi keseluruhan metode harus dikerahkan untuk membentengi jasmani dan mental yang sekiranya menjadi sasaran pengrusakan kaum kuffar.
Begitupun metode pengobatan (kuratif) yang akan diterapkan, karena kerusakan sudah sangat komplek dan akut, maka metode yang digunakan juga harus menyangkut tiap segi kehidupan manusia, agar upaya yang dilakukan tidak menjadi sesuatu yang sia sia.
Dalam makalah ini tidak menerangkan metode-metode yang telah dikembangakn oleh berbagai pakar pendidikan modern, karena tema makalah ini adalah menyangkut pendidikan Islam maka penulis hanya menjadikan pendidikan ala Rasulullah SAW sebagai acuan.
Sebagaimana yang telah disinggung di muka yang ditekankan Rasulullah SAW adalah asas keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Bila menilik sejarah da’wah Rasulullah SAW yang begitu sempurna dengan hasil yang begitu gemilang bisa ditarik kesimpulan bahwa pendidikan Rasulullah SAW yang bisa diterapkan saat ini dalam upaya preventif maupun kuratif adalah meliputi :

1. Pendidikan Jasmani;
2. Pendidikan Akhlak (Moral);
3. Pendidikan Akal (Rasio);
4. Pendidikan Kejiwaan;
5. Pendidikan Kemasyarakatan.5
Secara singkat metode-metode diatas bisa diuraikan sebagai berikut :
1. Pendidikan Jasmani

Langkah pertama untuk mencapai tujuan pendidikan yang sempurna agar terbentuk manusia yang utuh disetiap aspek, baik akal, jasmani, rohani dan keserasiannya dengan kehidupan kemasyarakatan diperlukan syarat mutlak yakni kesehatan badan, tanpa ditunjang kesehatan badan tidak mungkin pembentukan pribadi dapat terwujud secara sempurna. Kesehatan mutlak diperlukan karena pada jasmani sehat sajalah terdapat akal pikiran dan jiwa yang sehat pula. Sebagaimana Nabi pernah bersabda bahwa orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah, daripada orang mukmin yang lemah.
 Dalam pendidikan Islam, tuntunan yang baik untuk melindungi kesehatan adalah dengan penjagaan kesehatan. Metode ini memang sangat efektif untuk mencegah terjadinya dekadensi moral. Maka dari itu Islam melarang perzinaan juga larangan Islam terhadap minuman keras tidak lain hanyalah untuk menjaga kesehatan badan.
 Bagaimanapun kesehatan jasmani adalah tempat yang utama untuk mempengaruhi kesehatan jiwa dan kejernihan pikiran. Maka metode pendidikan yang baik haruslah memperhatikan aspek ini. Karena mustahil tujuan pendidikan yang mulia akan tercapai bila aspek jasmani diabaikan.

2. Pendidikan Akhlak

Tentu saja untuk menanggulangi maupun mencegah keruntuhan suatu umat yang harus diutamakan adalah pembinaan akhlak (moral).
 Dalam Islam akhlak merupakan fondasi yang utama dalam pembentukan pribadi manusia yang utuh. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi berakhlak merupakan hal pertama yang harus dilakukan sebab akan mempengaruhi kehidupan manusia selanjutnya.
 Pendidikan akhlak adalah missi yang utama. Karena Nabi adalah teladan yang utama, maka segala tindak tanduk serta tingkah lakunya harus dijadikan contoh dalam perilaku sehari-hari.
 Pendidikan akhlak harus lebih diintensifkan dalam setiap bentuk pengajaran, tidak hanya teori yang muluk-muluk karena contoh yang konkret lebih diperlukan. Akhlak yang baik bila dijabarkan bisa bermacam-macam. Sedikit diantaranya adalah :
- Kasih sayang
- Tawadhu’
- Menguasai hawa nafsu
- Mengendalikan diri dari sifat egois
- Lemah lembut
Dari contoh sedikit akhlak yang baik di atas bisa dibayangkan betapa dunia akan tentram bila benar-benar diterapkan. Kasih sayang misalnya, bila rasa kasih sayang ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak didik baik disekolah maupun ditempat-tempat lain tentu mereka bila kelak menjadi orang dewasa akan memiliki rasa kasih terhadap sesamanya.

3. Pendidikan Rasio (Akal)

Pembentukan insan kamil tidak hanya menyangkut aspek jasmani saja tapi aspek batiniah juga harus diperhatikan. Pendidikan jasmani dan akhlak telah dibahas, untuk kelengkapan pembentukan manusia yang utuh berkepribadian sempurna adalah diterapkannya metode pendidikan akal.
Kalau metode pendidikan modern masa kini pengajaran hanya menitik beratkan pada aspek lahiriah saja, disinilah keunggulan pendidikan Islam. Setiap aspek kebutuhan manusia diseimbangkan, saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Islam tidak membeda-bedakan ilmu agama atau ilmu non agama. Tidak ada istilah anak emas ataupun anak tiri untuk suatu bidang ilmu tertentu. Semua diperlakukan sama.
Kalau pendidikan hanya mementingkan aspek lahiriah saja, maka apa yang ditampilkan oleh peradaban modern saat ini bisa dilihat. Betapa teknologi telah memporak-porandakan keutuhan pribadi manusia. Semua dengan dalih kebebasan. Untuk ilmu, kebebasan adalah segalanya. Tapi karena kebebasan telah lepas dari nilai-nilai agama maka kemajuan yang dicapai tidak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan.
Untuk itulah dalam pendidikan Islam keseimbangan antara agama dan eksakta sangat diperhatikan. Maka langkah yang ditempuh adalah penguatan pendidikan akhlak, setelah itu baru pendidikan rasio (akal) agar kebebasan mengembangkan ilmu disertai tanggung jawab. Disini yang dimaksud tanggung jawab adalah siap dengan segala resiko yang ditimbulkan oleh ilmu tersebut baik maupun buruk.

4. Pendidikan Kejiwaan

 Kematangan kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaannya. Kondisi kejiwaan yang stabil, tidak mudah terpancing oleh emosi dan amarahnya. Merupakan faktor utama yang sangat menunjang. Pribadi yang matang secara lahir dan batinnya tentu akan bijak dalam bersikap dan bertindak.
 Orang yang dapat mengendalikan dirinya serta tenang dalam melaksanakan tindakan, menandakan bahwa dia memiliki kepribadian yang kokoh. Emosinya terjaga dengan baik sehingga jalan pemikirannya juga runtut, sebaliknya seseorang yang suka mengumbar amarahnya tentu saja pemikirannyapun tidak runtut sehingga dalam melakukan tindakan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
 Bila dikaitkan dengan kondisi kerusakan moral dewasa ini, sungguh tepat bila pendidikan kejiwaan lebih diintensifkan dengan memberi tauladan dan pengajaran yang baik. Karena bagaimanapun bila kondisi emosi seseorang itu labil maka akan sangat mempengaruhi setiap langkah yang vital dalam kehidupannya. Dia akan sangat mudah terjerumus pada perbuatan-perbuatan senang sesaat yang berakibat fatal dikemudian hari.
 Maka pengajaran pada kurikulum disekolah-sekolah sekarang ini aspek kejiwaan dirasakan sangat perlu diintensifkan dengan suatu pola baru yang tidak membosankan sehingga tujuan membentuk pribadi yang utuh bisa dilaksanakan dan tujuan pendidikan secara keseluruhan bisa tercapai dengan sukses.

5. Pendidikan Kemasyarakatan

 Setelah pendidikan jasmani, rohani telah diterapkan, maka pendidikan yang penting dan mutlak tidak boleh dilupakan adalah pendidikan kemasyarakatan. Pendidikan ini dimaksudkan agar pelajar tidak menjadi kaum elit bagi masyarakatnya sendiri, kurang akrab dengan lingkungan masyarakat, tidak mengenal masalah lain diluar keahliannya sehingga kurang peka terhadap problem yang dihadapi dan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
 Langkah pertama untuk membentuk kepribadian manusia yang utuh dalam pendidikan kemasyarakatan adalah menekankan pada pembinaan etika pada keluarga, kemudian etika bertetangga baru ketingkat yang lebih tinggi yaitu etika dalam masyarakat.
 Diharapkan dengan pendidikan ini, generasi yang dihasilkan nanti adalah generasi yang sempurna (insan kamil) generasi yang bertanggung jawab terhadap dirinya tanpa melupakan sesamanya. Karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang takkan bisa hidup tanpa bantuan dan uluran tangan sesamanya.




BAB IV
PENUTUP




A. Kesimpulan

 Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bahwa dekadensi moral yang melanda generasi muda saat ini, pangkalnya adalah tidak mengertinya mereka akan bahaya dan akibat dari perbuatan mereka. Hal ini disebabkan nilai-nilai agama semakin jauh ditinggalkan akibat langsung dari ghazwul fikr yang digencarkan oleh kaum kuffar yang memang bertujuan untuk merusak mental mereka. Karena kejahilan mereka inilah maka generasi Islam banyak yang tidak sadar bahwa mereka termasuk penopang dan penyokong kegiatan kaum kuffar tersebut. Mudah ditebak dekadensi moral semakin meluncur kebawah dengan lancar dan kehancuran peradaban dunia tinggal menunggu waktu.
2. Metode-metode yang cocok untuk mencegah maupun mengobati dekadensi moral ini adalah kembali kepada metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah SAW yang merupakan tauladan yang baik dan tidak ada bandingannya yang secara berurutan metode-metode itu adalah :
a. Pendidikan Jasmani;
b. Pendidikan Akhlak (Moral);
c. Pendidikan Akal (Rasio);
d. Pendidikan Kejiwaan;
e. Pendidikan Kemasyarakatan.
Dengan mengikuti metode tersebut tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang utuh sebagai pengemban amanat Allah di dunia ini bisa dicapai dengan hasil yang gemilang.
B. Saran
 Mengingat keterbatasan tempat maupun waktu maka makalah ini hanya sebagai wacana yang belum memberikan solusi yang lebih praktis dan konkret. Tindak lanjut dari metode yang dipaparkan penulis di atas sangat diharapkan. Agar pengejawantahan teori dan praktik bisa terealisasi dengan baik. Untuk itu pemikiran para pakar pendidikan sangat diharapkan agar dekadensi moral yang semakin akut bisa teratasi minimal bisa berkurang.
 Karena serangan ghazwul fikr, maka sangat diharapkan agar teori-teori praktis yang dihasilkan nanti bisa mengembalikan kejayaan Islam pada generasi awwal dahulu yang berprinsip meraih kejayaan dan kebesaran di dunia tanpa melupakan kehidupan kelak diakhirat. Dan itu bukanlah suatu kemustahilan !


















DAFTAR PUSTAKA


Al Mujdzub, Muhammad. Tanpa Tahun. Cara Belajar dan Mengajar dalam Islam.
Diterjemahkan oleh H. Mahrus Ali. 1993. Surabaya: Sarana Ilmiah Press.

As Sayyid, Mahmud Ahmad.Tanpa Tahun. Mu’jizat dalam Regenerasi Ummat.
Diterjemahkan oleh S.A. Zemool. 1990. Solo: Pustaka Mantiq.

Rahim, Husni (Ed.).2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: Logos.

Rifa’i, Moh. dan Abdulghoni, Rosihin. 1991. Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang:
Wicaksana.

Suryana, A. Toto (Ed.).1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.

Yakan, Fathi. 1981. Beberapa Permasalahan Da’wah dan Penda’wah. Malaysia:
Polygraphic Press.

3 komentar:

  1. Maturnuwun sanget nggeh... kulo izin copy,
    syukron....

    BalasHapus
  2. Terima kasih kembali mau menggunakan makalah saya yang masih banyak kekurangannya ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Info nya dong Referensi tentang merosotnya akhlak apa aja yah .

      Hapus