Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 21 Mei 2010

APRESIASI KARYA SASTRA DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF

Latar Belakang dan Tujuan
Setiap orang dalam mempelajari karya sastra diharapkan menguasai empat hal yang penting : (1) Dapat menunjukkan nilai instrinsik, (2) Dapat menunjukkan nilai ekstrinsik, (3) dapat menunjukkan nilai estitis, (4) Dapat menunjukkan kegunaan suatu karya sastra dalam bidang pendidikan. Dan materi sastra ini disajikan agar mahasiswa PGSD dapat menikmati, memahami, dan mengapresiasikan secara koitis karya sastra untuk anak didiknya dikemudian hari.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan dengan cara : (1) Mendengarkan dan membaca sastra, (2) Menanggapi dan membahas karya sastra secara kritis, dan (3) Menyajikan kembali karya sastra secara kreatif. Dan karya sastra sebagai karya seni di samping mempunyai nilai estetis juga mengandung nilai kegunaan. Horoce mengemukakan fungsi sastra adalah Dulce et utile atau Sweet an usefull artinya menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan. Tarigan (1986 : 195 – 196) mengemukakan 5 nilai yang terkandung dalam karya sastra yaitu : (1) Nilai hidonik, yang memberikan kesenangan secara langsung, (2) Nilai artistis, yang memainkan kestasikan keterampilan seseorang, 3) Nilai kultural, yang mengandung hubungan yang mendalam dengan masyarakat atau kebudayaan, (4) Nilai moral-religius, bahwa karya sastra terpancar ajaran-ajaran etika, moral, dan agama, ( 5) Nilai praktis, mengandung hal-hal praktis yang dapat dilaksanakn dalam kehidupan sehari-hari.
Barton (1964 : 30) mengemukakan empat permasalahan pokok dalam karya sastra yaitu (1) Permasalahan manusia dengan Tuhannya, (2) Permasalahan manusia dengan sesamanya, (3) Manusia dengan alam sekitarnya, (4) Permasalahan manusia dengan dirinya sendiri, sehingga dalam mempelajari karya sastra akan memperoleh banyak manfaat yang positif, juga Dipodjoyo (1981 : 2 – 4 ) berpendapat ada tujuh manfat yang diperoleh dalam mempelajari karya satra yaitu : (1) Mengenal kebudayaan sendiri dan kebesaran masa lampau untuk masa yang akan datang, (2) Memperluas pandangan hidup kemanusiaan, (3) Memperluas pengetahuan dengan dunia luas di luar masyarakatnya, (4) Meningkatkan pengertian tentang kualitas kesusastraan, (5) Memperkaya perbendaharaan kata dan kalimat, (6) memperluas pengertian bentuk kesusastraan, (7) Kesusastraan membuat dewasa cita rasa dan perkembangan sastra.

A. Pengertian Sastra secara Reseftif
1. Pengertian
Apresiasi sastra secara reseftif dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama. Karya sastra bentuk prosa seperti dongeng, cerpen, novel, roman, dapat dinikmati dengan cara membaca atau dengan cara menyimak ketika karya sastra diperdengarkan atau dibaca orang lain. Akan tetapi puisi pada umumnya tidak dapat dinikmati dengan baik tanpa dibaca dengan suara yang nyaring. Hanya puisi kawar yang dapat dinikmati orang dengan membaca dalam hati. Nilai keindahan puisi rima dan ritma baru bisa dinikmati apabila disuarakan.
Sementara itu karya sastra berbentuk drama baru dapat dinikmati secara enak dan baik apabila dipentaskan. Melalui pementasan yang melibatkan secara aspek pendukungnya seperti blocking, kostum, musik, lighting, dialog, dan karakter pelaku, memungkinkan suatu drama dapat disajikan dan dinikmati secara utuh.
2. Menikmati Cerita, Puisi,dan Drama
Membaca karya sastra berbeda dengan membaca karya ilmiah atau jenis karya yang lain. Membaca karya sastra tidak sekedar memahami isi bacaan melainkan juga menikmati keindahan isinya. Dalam kegiatan membaca dituntut kemampuannya untuk menangkap nilai estitis dan memahami unsur struktur yang membangun karya sastra. Diharapkan pembaca dapat menikmati dan menjiwainya sehingga memungkinkan seorang pembaca untuk meceritakan dengan mengekspresikan kepada orang lain.
Seseorang yang ingin membaca dan mendengarkan suatu cerita dengan baik perlu mengetahui unsur pembentuk prosa (unsur instrinsiknya) (1) Tema, (2) Amanat, (3) Alur (plot cerita), (4) Setting atau latar cerita (tempat kejadian), (5) Penokohan dan karakter, (6) Point of view atau sudut pandang. Dengan demikian pembaca dapat menikmati cerita itu secara utuh sehinga dapt memperoleh kesenangan, informasi, warisan kultural, dan keseimbangan.
Suatu dongeng, cerpen, novel, dan roman yang ada sekarang ini baik yang dilisankan maupun yang sudah dicetak, di dalamnya sering dikemukakan nilai-nilai yang bermanfaat. Cerita binatang, misalnya adalah cermin kehidupan manusia hanya saja disampaikan dan disajikan dalam bentuk kehidupan binatang.
Pelaku dalam cerita itu menggambarkan perilaku manusia, seperti tindak angkara murka, kesewenang-wenangan, ketidak adilan, tipu muslihat, gotong royong, ketulusan, kepahlawanan dan sebagainya. Cerita itu dapat disajikan dalam cerita Katak hendak jadi lembu, Pak Pandir, Abu nawas dan sebagainya.
Apresiasi reseftif terhadap bentuk puisi dapat dilakukan dengan cara membaca puisi dengan suara yang nyaring atau mendengarkan pembaca puisi (poetary reading) dan deklamasi. Puisi tanpa disuarakan tidak akan bisa ditangkap nilai estetisnya, sebab puisi merupakan performance arts. Meskipun demikian, ada satu pengecualian yaitu puisi kawar yang dapat dinikmati orang per orang tanpa harus disuarakan.
Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra hanya dapat dinikmati dengan baik apabila dipentaskan. Namun untuk mementaskannya diperlukan persiapan yang matang dan biaya yang tidak sedikit. Meskipun demikian, masyarakat sekarang sangat beruntung sebab dapat menikmati sejenis drama yang ditayangkan melalui layar televisi baik berupa film, sinetron, telenovela, maupun ketoprak, ludruk. Semua itu memiliki dasar-dasar yang tidak jauh berbeda dengan drama.
Sementara itu perlu dipahami bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan bermain oeran, hanya saja kemampuan itu belum dikembangkan secara maksimal. Kita sering melihat anak-anak bermain pasar-pasaran (jual beli) dokter-dokteran dan sebaginya. Selain itu di masyarakat juga dikembangkan permainan simulasi untuk berbagai penyuluhan, misalnya pada penataran P4, musyawarah untuk mufakat (rapat) dan sebagainya. Permainan dan kegiatan seperti itu merupakan dasar bermain peran yang sebenarnya.

Kegiatan :
Untuk memperlancar keterampilan berbicara diharapkan mahasiswa PGSD latihan bercerita dan mendiskusikannya.
Cerita bebas : Dongeng, hikayat, cerpen, novel, maupun roman

2 komentar:

  1. ulang thn bkn brarti brtmbh usia dmn usia qta smkn brkrng.dan yg ada smkin brtmbh dosa.maka itu kl hr ulang thn dtng jgnlh brsng2 jk hr ulang thn dtng mrslh sdh sbab dmn qt tlh lbh dkt pd kmtian maka i2 jgnlh mrsa sng lbh baik tmbhkn aml ibadah untk bkal dkhdpn xg akn dtng.(Nurul khomariyah XI ipa)

    BalasHapus
  2. pda dsarnya. wnita adlah mkhluk allah y6 lmbut htinya dan pling susah dtbak apa y6 ada dlm htinya. krn pda dsarnya ddlm dri wnita lbih bsar rsa mlunya dripda syhwatnya. mka dri itu brsyukurlh qm whai kaum hawa. krna klau seandaenya ddrimu lbih bsar syahwatmu dripda rsa mlu itu.. mka tdak pnya har6a drilah qta kaum hawa (putri riskiyah XI IPA)

    BalasHapus