Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 18 Juni 2010

Petuah Agama Terbalut Novel

• Judul Buku
Bumi Cinta
• Penulis
Habiburrahman El Shirazy
• Penerbit
Author Publishing Semarang
• Cetakan
Pertama, 2010
• Tebal
546 halaman


Novelis Habiburrahman El Shirazy kembali menggebrak dengan novel terbarunya. Belum membaca isinya kita sudah disuguhi kalimat yang bombastis, Adikarya novelis no. 1 Indonesia. Pernyataan yang sungguh menggoda dan sangat tendensius. Ditambah lagi dengan nama pengarang yang ditulis lebih besar daripada judul novelnya seakan mengindikasikan si pengarang belum terlalu yakin dengan karyanya ini lebih bagus dari novel pendahulunya sehingga namanya dijadikan jaminan mutu.
Baiklah, kita tak perlu membahas macam-macam strategi marketing yang digunakan. Toh pada kenyataannya memang Habiburrahman adalah peraih penghargaan novelis no. 1 Indonesia versi INSANI Undip tahun 2008. dan memang namanya telah menjadi besar seiring suksesnya novel Ayat Ayat Cinta (AAC) dan Ketika Cinta Bertasbih (KCB) beserta film adaptasinya.
Habiburrahman masih menunjukkan kepiawaiannya sebagai pencerita dengan bahasanya yang sederhana. Dan memang itulah ciri khasnya. Dia tak perlu muluk-muluk dengan bahasa sastra yang tinggi. Sebab tujuan cerita yang disampaikan adalah mengejawantahkan ayat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari dengan menghadirkan tokoh novel sebagai cerminannya. Sebagaimana yang dikatakannya dalam prolog novel ini (hlm 1-7).
Strategi inipun masih berlanjut pada halaman per halaman dalam novel yang dimulai dengan menghadirkan tokoh Muhammad Ayyas yang datang ke Rusia untuk melakukan penelitian tesisnya. Awal membaca kita telah digiring oleh Habiburrahman untuk memahami betapa sulitnya medan yang akan dilalui Ayyas.
Betapa tidak, sebagai seorang santri salaf yang telah mengenyam pendidikan agama begitu dalam dan hanya memandang dunia dengan dua warna hitam dan putih (baca: jelek dan baik) langsung menyaksikan betapa tempat penelitiannya begitu menjunjung tinggi seks bebas dan pornografi. Bahkan Rusia telah ditahbiskan sebagai negara pengakses situs porno terbesar di dunia.
Cerita terus mengalir dengan mengetengahkan berbagai godaan yang dihadapi Ayyas. Berjejal-jejal kejadian tak pernah berhenti. Tiap halaman bahkan bab demi bab terkesan sekali Habiburrahman bernafsu ingin mengetengahkan betapa rusaknya dunia Rusia. Betapa prihatinnya dia pada dunia yang semakin hari semakin rusak.
Di sinilah sisi kelemahan Habiburrahman, novel yang dipakai dia untuk menyampaikan pesan (agama Islam) tanpa menggurui pembaca jadi semacam buku khotbah yang dibalut sastra. Anda boleh tak setuju dengan saya. Sebab kelemahan yang dimaksud justru banyak yang memuji dan memberi daya tarik pada novel Habiburrahman.
Meski begitu, patut menjadi catatan bahwa novel ini tidak serta merta muncul dengan angan-angan kosong. Sebab begitu banyak data yang tersembul dalam cerita, bahkan banyak keterangan yang seandainya ini dijadikan buku ilmiah, pastilah banyak footnote yang dibubuhkan.
Tengoklah pada bab Tuhan Tidak Mati yang menceritakan tentang diskusi tentang Ketuhanan, dengan gamblang Habiburrahman melalui Ayyas menjelaskan pemikiran Nietzsche yang mengatakan Tuhan telah mati. Berbagai bantahan dikemukakan terhadap perkataan tersebut. Dan bacalah bab Jenis-jenis Atheisme, Habiburrahman dengan gamblang menjelaskan berbagai pemikiran yang meniadakan Tuhan. Semuanya tak mungkin dimasukkan dalam cerita jika penulis tidak melakukan pembacaan literatur secara seksama.
Menariknya, Habiburrahman tidak menjadikan Ayyas sebagai tokoh yang sempurna sebagaimana Fahri dalam AAC dan Azzam dalam KCB. Anda akan kecewa jika menginginkan Ayyas sebagaimana kedua tokoh tersebut. Sebab dalam novel ini Ayyas adalah sosok yang digambarkan memiliki sisi religius bersanding dengan sisi kemanusiaannya. Maka, Anda akan membaca bagaimana Ayyas begitu marahnya sampai tak sengaja membunuh Sergei yang berbuat tak senonoh dengan Linor sang agen Mossad di apartemennya (hlm 113-125), dan bagaimana susahnya seorang nenek tua membujuk Ayyas agar mau menolong Elena yang sekarat di pinggir jalan (hlm 169-174).
Mungkin inilah yang dijadikan pembeda oleh Habiburrahman. Dan ia berhasil, sebab berkali-kali saya gregetan pada si tokoh karena tingkah lakunya yang tidak mencerminkan kesantriannya namun ternyata saya terkecoh sebab pada beberapa paragraf berikutnya Habiburrahman mengarahkan Ayyas menyadari kesalahannya tersebut. Dibuatlah saya tersenyum karenanya.
Secara cerdas pula Habiburrahman menyisipkan kritikan untuk Indonesia tempat tinggalnya. Dan ini menjadi sentilan kecil bagi penguasa negeri ini. Ini tergambarkan ketika Ayyas bertemu dengan Profesor Abramov Tomskii yang akan menjadi pembimbing tesisnya. Bagaimana Ayyas tak tersenyum kecut ketika Profesor pembimbingnya mengkritik habis-habisan negeri Indonesia dan menyarankan dia memperbaikinya. Namun agaknya Habiburrahman tak mau dikatakan sebagai warga yang tak tahu diri, sehingga dia dengan susah payah memasukkan satu bab yang menceritakan betapa KBRI membelanya sekuat tenaga akibat fitnah yang ditimpakan kepada Ayyas.
Begitulah, novel yang muncul mendahului Novel Dari Sujud ke Sujud yang pernah dijanjikan Habiburrahman setelah KCB dan tak pernah terdengar kembali bagaimana kelanjutan janji itu, menjadi semacam obat rindu pecinta novel religius tanah air. Setelah sekian lama pembaca dijejali berbagai novel dengan judul-judul yang mirip dengan AAC dengan alur dan plot yang hampir sama atau bahkan seragam. Hampir semuanya membosankan sebab tak ada yang baru untuk ditawarkan.
Adapun Anda sebagai pembaca tentu akan banyak menemukan hikmah dan petuah. Berbagai pengetahuan baru juga akan menjadikan Anda banyak mendapat pencerahan. Setidaknya novel ini bisa dijadikan bacaan yang menyegarkan di tengah ramainya novel-novel yang mengagungkan kemajuan teknologi, melegalkan pornografi dan mendewakan HAM.

Abdul Haris
Pemimpin majalah KAMUS
dan pengajar di MTs. MA. Al-Musthofa
Canggu Jetis Mojokerto

2 komentar:

  1. Boleh pinjam nggak, bukunya maklum lagi bokek nih

    BalasHapus
  2. pak buku nya beli ndek mna pak buku ceritanya klhatan nya bagus tuh(puput nurdiana 11 ips)

    BalasHapus