Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 18 Juni 2010

Pahlawan

Pemberian gelar pahlawan bagi Gus Dur rupanya sudah tak bisa dibendung lagi. Usulan dari berbagai elemen masyarakat saling berebut untuk menjadi yang terdepan menyuarakan bahwa Gus Dur layak menjadi Pahlawan bangsa.
Sayangnya yang mengusulkan ternyata lebih ingin disebut pahlawan ketimbang yang pantas menyandangnya. Saling berlombanya mereka menyuarakan layaknya Gus Dur menjadi pahlawan jelas mengindikasikan bahwa mereka lebih ingin terhormat daripada Gus Dur sendiri yang jumawa.
Bahkan tokoh-tokoh yang selalu berseberangan ide dengan Gus Dur berani menjamin 1000 persen Gus Dur layak menjadi presiden. Tak diragukan lagi ini adalah pertanda bahwa bangsa Indonesia ini masih haus dengan pujian ketimbang kebersahajaan, lebih haus popularitas daripada menjadi pertapa di kesunyian gua.
Lebih daripada itu istilah pahlawan menurut saya semakin menemukan kerancuan yang saling bertentangan pengertiannya. Saya kira hal ini bukan karena kita tak paham dengan istilah pahlawan, tapi lebih karena kita sebagai rakyat Indonesia mudah lupa dengan segala kesalahan para pimpinan kita yang selalau merasa menjadi wakil kita di atas singgasananya.
Pasti masih segar bukan dalam ingatan Anda bagaimana kita merasa muak dengan ucapan sumpah seorang Jenderal di gedung yang terhormat. Cucuran air matanya bahkan menjadikan kita ingin membanting televisi kita. Kenapa? Sebab dia membantah dirinya menerima suap.
Tapi lihatlah kini di televisi dan koran dia ditempatkan bak seorang pahlawan yang layak dibela hanya karena dia berani bersaksi pada persidangan kasus pembunuhan Nasrudin. Para facebooker tak henti-hentinya menyuarakan bahwa dia layak menjadi pahlawan karena telah berani buka-bukaan di depan umum.
Kenapa hal ini bisa terjadi. Tak lain karena kita telah lupa dengan kasus yang membelit dia selama ini dan sampai saat inipun kita tak tahu benarkah dia itu tidak bersalah.
Dan kalau mau obyektif, Gus Dur pun tentunya punya catatan khusus sampai sekarang masih belum terbukti apakah beliau bersalah atau tidak? Bahkan gara-gara kasus tersebut beliau sampai dimakzulkan dari kursi kepresidenannya. Apa karena itu Gus Dur tidak pantas mendapat gelar pahlawan? Saya tidak mengatakan begitu!
Tapi yang menjadi catatan saya, kenapa ketika Gus Dur wafat orang-orang langsung berteriak meminta dia dapat gelar pahlawan, dan kenapa ketika Pak Harto wafat tak satupun suara yang menginginkan dia jadi pahlawan? Apa karena Pak Harto korupsi? Aha! Anda lupa ya sampai sekarang pengadilan belum memutuskan Pak Harto bersalah begitupun Gus Dur tak pernah terungkap kesalahannya. Apa dengan demikian Pak Harto juga layak mendapat gelar pahlawan? Saya tidak mengusulkan begitu!
Mau bukti kalau istilah pahlawan mengalami distorsi? Baiklah saya ingin bercerita dulu.Dalam bayangan saya waktu kecil dulu pahlawan adalah orang-orang yang berjuang membela negara dan tanah air dari penjajah yang merongrong kewibawaan serta kedaulatan. Mereka dengan gagah berani merontokkan nyawa berpagar badan membela kebenaran yang diyakininya.
Agak besar keyakinan itu mulai teracuni dengan bacaan-bacaan sebab ternyata pahlawan tidak hanya melulu milik pejuang. Sebab keobyektifan dalam memberikan gelar pahlawan sangat tidak bisa dipertanggung jawabkan. Bisa jadi para jenderal Belanda yang dulu mati di tangan pahlawan kita, malah medapat gelar lebih terhormat di negeri mereka. Artinya kepahlawanan bukan monopoli kaum tertindas.
Tak percaya? Okelah saya kasih satu contoh lagi. Banyak orang Islam memberikan gelar pahlawan bagi yang bisa menaklukkan Spanyol dulu, dan memuji-muji mereka karena telah memberikan pencerahan kepada penduduknya. Tapi coba tanyakan kepada sebagian penduduk Spanyol sekarang pasti mereka menganggap Islam telah merampas kebebasan mereka dan telah menginjak-injak kehormatan mereka.
Hei, Anda tak boleh marah kalau saya juga mengatakan bahwa Kahar Muzakkar, Daud Beurehueh, D.N. Aidit, Untung, Muso juga seorang pahlawan bagi pengikutnya bahkan bisa jadi mereka juga pantas menjadi pahlawan Indonesia. Sebab apa? Sebab tanpa mereka yang memberontak, Indonesia tak akan menemukan kedewasaannya dan karena mereka pula banyak pejuang yang melawan mereka akhirnya mendapat gelar pahlawan.
Atau kalau Anda masih protes kenapa mereka yang notabene pemberontak dan pengacak-acak keutuhan bangsa dijadikan pahlawan, kita turunkan sajalah gelar mereka bukan pahlawan nasional, tapi pahlawan kelompok, kelompok mereka tentunya. Masih protes juga, tidak apa-apa sebab mereka masih punya harapan untuk mendapatkan gelar pahlawan, yakni pahlawan keluarga.
Dengan demikian dengan semakin besarnya saya dan semakin banyak pemikiran yang saya baca saya berkeyakinan, ternyata masing-masing dari kita berhak mendapat gelar pahlawan. Sekecil apapun lingkup jasa yang kita perbuat. Dan kesempatan itu membentang tiap detik melintas. Jadi, kenapa ribut dengan gelar pahlawan? Bagaimana kalau sekarang kita sendiri yang berusaha menjadi pahlawan. Dan anda tahu apa makna pahlawan bagi saya, yakni orang yang berbuat apapun, dimanapun, kapanpun tanpa pamrih. Itulah pahlawan saya.

Catatan:
Sudah pernah dikirim ke koran tapi tak dimuat. Nasib-nasib!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar