Selamat datang!! Silakan Anda mengutip semua artikel yang ada di kami tapi Anda harus menyertakan saya sebagai penulisnya

Jumat, 14 Mei 2010

MELAWAN HEGEMONI WANITA

Prakata
Tulisan berikut bukan bermaksud menafikan keberadaan wanita, serta bukan untuk memperlemah kekuatan mereka dalam perannya di kehidupan, hanya sekedar telaah kritis pada segala apa yang dimunculkan oleh para peneliti, pembela, penyeru bahkan pe-nentang emansipasi wanita.

Islam dan feminisme
Keberadaan wanita, dalam Islam bukanlah sebagai pelengkap sehingga bisa sewaktu-waktu dibuang dan ditiadakan keberadaanya. Terbukti banyak ayat yang menerangkan tentang kesetaraan antara wanita dan pria, misalnya: Pahala dicapai tergantung pada personalnya tak pandang bulu apakah dia wanita ataukah pria (an-Nisa’ : 32), Ketakwaanlah yang menjadi ukuran kemuliaan manusia di depan Tuhan (al-Hujurat : 13), bahkan diibaratkan wanita adalah pakaian pria begitupun pria adalah pakaian wanita, (al-Baqarah:187) pernahkan terbesit pikiran konyol, seandainya wanita dan pria tidak selevel pasti diumpamakan wanita ini hanya sekedar alas kaki saja.
Sayangnya kaum feminis sekarang banyak yang minta lebih dari apa yang telah wanita dapat, berbagai dalih diajukan untuk membenarkan tindakan, bahkan banyak yang berlebih-lebihan dalam hal ini sehinga sektor pekerjaan yang merupakan lahan pria kinipun telah dijarah dengan dalih kesetaraan gender. Kesalahan selalu ditimpakan pada pria bila terjadi tindak pemerkosaan, pelecehan seksual. Padahal bila diteliti lebih lanjut kesalahan bisa menjadi fifty-fifty karena bagaimanapun ada akibat pasti ada sebab.

Tertindasnya laki-laki
Mungkin lucu bila saya mengatakan sebenarnya lelaki telah menjadi budak wanita selama ini. Meskipun dalam al-Qur’an lelaki adalah pemimpin wanita (an-Nisa’:34). Sadarkah Anda sebenarnya pemimpin adalah seorang pelayan. Ingat term “Polisi adalah pelayan masyarakat” sedangkan kita tahu polisi adalah pelindung masyarakat. Coba kita telaah lebih lanjut, peluang kerja bagi wanita lebih terbuka lebar dari pada lelaki. Tak mungkin memungkiri bahwa sekretaris atau PR (Public Relation) selalu wanita, lelaki tak ada jalan untuk itu, sedangkan sebagai karyawan atau buruh kasar bahkan sebagai kondektur, wanitapun bisa terjun di dalamnya.
Pria tak perlu iri bila dalam istilah keseharian wanita yang lebih mendapat tempat. Ibu Jari, Ibu Pertiwi, Ibu kota, “Bu”pati, adalah istilah dari sekian contoh yang tiap hari kita ucapkan. Dan pria tak perlu cemburu bila tiap tgl. 21 April ada hari Kartini, atau tgl. 22 Desember ada hari Ibu. Mana pernah pria disanjung dengan status kebapakannya.
Hebatnya al-Qur’an menyanjung kelamin wanita dengan adanya surat an-Nisa’ adakah surat ar-Rijal ? Boleh jadi ada surat Muhammad, Hud, Yunus, Ibrahim dll. Tapi ingat surat itu menunjuk pada person bukan pria secara keseluruhan.
Dalam hadits Nabi, siapakah yang disebut tiga kali? Ibu bukan? Bapak satu kali, bayangkan! 3 : 1. Di tayangan TeVe-pun demikian, wanita lebih mendominasi. Iklan sabun siapa yang punya, shampo, kosmetik, pakaian dll. Pria? Ho..ho..ada juga koq misalnya minuman suplemen, tapi ingat wanita masih juga nongol menemani pria itu. Kalau dalih bahwa wanita selama ini hanya sebatas sebagai pemuas nafsu pria saja, dengan bukti eksploitasi tubuh mereka yang diumbar, apakah wanita tidak salah dalam hal demikian? Karena bila wanita mempergunakan akal tentu nafsunya bisa ditahan sehingga tidak memberikan peluang bagi pria untuk menikmatinya.


Proporsional
 Dengan segenap bukti yang saya ajukan di atas masih pantaskah bila kaum feminisme sekarang menuntut kesetaraan gender. Kesetaraan yang bagaimana lagi. Apa mesti surat an-Nisa’ 34 diubah bahwa wanita pemimpin laki-laki! Bisakah wanita memungkiri bahwa keadaan fisiknya lebih lemah dari laki-laki? Wanita butuh perlidungan pria, priapun butuh kasih sayang wanita. Tak mungkin mereka berjalan sendiri-sendiri.
Sebenarnya kalau mau berpikir kebahagiaan wanita tidak selalu berpangkal pada setaranya mereka dengan pria. Banyak wanita yang puas bila sudah menjadi milik lelaki dan melayani dengan ikhlas hati dalam rumah tangganya, mengasuh anak-anak membesarkan dan mengantarkan ke gerbang kehidupan. Itu sudah merupakan kepuasan bagi mereka.
Apa yang didengung-dengungkan kaum feminisme telah dipenuhi oleh Islam sedangkan keadaan sekarang merupakan tindak penyelewengan umat Islam yang kurang menyadari akan adanya keharusan seperti yang telah digariskan agama. Itu berarti semua ummat Islam wanita dan pria berkewajiban untuk menunjukkan bahwa syari’at Islam itu sempurna.
Dengan menyadari posisi masing masing dan menjalankan segala sesuatu sesuai porsinya maka ketimpangan yang selama ini ada bisa dihindarkan. Tanpa perlu muluk-muluk menuntut sesuatu yang pada akhirnya malah menyengsarakan wanita itu sendiri.
Lalu bila telah sedemikian jelas siapa yang salah!
Saya ataukah kaum feminis itu?
Lalu apa yang salah?
Sistemnya atau praktiknya?
Lalu bagaimana bisa salah?
Tentu Anda bisa menjawab sendiri!
Setujukah anda dengan saya?

1 komentar:

  1. pada dasarnya wanita adalah makhluk Allah yang mempunyai nafsu yang amat besar dari pada pria. tetapi karena rasa sayang Allah yang begitu besar pula kepada kaum wanita,ia menganugerahkan rasa malu yang berlipat-lipat. sehingga bagi wanita yang mempunyai prinsip hidup "kuserahkan hidup dan matiku untuk berjuang menegakkan agama Allah" akan menjaga,menjunjung tinggi harga dirinya, dan menahan hawa nafsunya dengan sekuat tenaga yang mereka miliki.
    (Wahyu FatmaWati XI iPa)

    BalasHapus