memang buku kecil sih, tapi bagaimanapun ini adalah hasil karyaku.
di dalamnya berisi 30 cerita yang berkisah tentang pengalaman seluruh orang yang berkecimpung di madrasah Al-Musthofa. Yang pastinya banya cerita lucu yang termuat di situ, penasaran? Silakan beli dong di sekolah tempat aku mengajar.
Berikut adalah salah satu cerita yang ada di dalamnya.
Wali Murid Gagu
Yang
namanya siswa tak mungkin kita akan mendapatkan satu sekolah anaknya baik
semua. Bagaikan pepatah ada gula ada semut, ada sekolah ada masalah, he he he
maaf kalau pepatahnya nggak nyambung. Intinya sebagai lembaga pendidikan,
Al-Musthofa siap menerima segala jenis manusia, jelek-cakep, pintar-bodoh, kurus-gemuk,
bahkan normal-tidak normal. Lho emang ada? Ya ada dong nggak percaya? Tahun
pelajaran 2012-2013 saja ada koq 4 anak berkebutuhan khusus.
Nah,
masalahnya sekarang adalah ada anak yang bermasalah (bingung kan bahasanya? Pizz)
sering tidak masuk, di kelas ramai terus, sering bikin ribut parahnya ini anak
jenis kelaminnya perempuan. Emang laki-laki aja yang boleh bermasalah? Ya, nggak
gitu dong cuma kalau yang bermasalah itu perempuan rasanya agak gimana gitu.
Singkat
cerita, diberilah surat panggilan wali murid kepada anak tersebut. Agar antara
madrasah dan wali murid bisa bekerjasama membina anak ini.
Maka,
ketika hari itu tiba, si anak yang berbadan sangat subur ini membawa seorang
wanita, tepat di depan kantor disambut oleh Pak Udin. Dengan sambutan senyum
dan penuh keakraban.
“Mari,
Bu silakan ke barat ke kantor BP.” Si Ibu senyum-senyum tapi tak beranjak.
“Ibu
langsung saja ke belakang, menemui Pak Basuni.” Si Ibu masih senyum-senyum.
“Bu,
mari ikut saya, ruang BP di belakang.” Masih senyum-senyum juga tak bergeming
dari tempatnya.
Pak Udin
mulai penasaran, dia pandang anaknya, di luar dugaan anak tersebut memberi
isyarat tangan diletakkan mulut dan telinganya kemudian tangan kanannya
digoyang-goyang, mengertilah Pak Udin kalau Si Ibu tuli dan bisu. Dalam hati
Pak Udin merutuk, kurang ajar anak ini kenapa nggak ngomong dari tadi?
Tapi
bagaimanapun Ibu ini harus ketemu dengan BP maka diantarlah mereka ke ruang BP,
sayangnya BP tidak ada di tempat, maka dipanggillah Pak Budi yang biasa
mengatasi anak bermasalah.
Sebentar
kemudian tanpa ba bi bu Pak Budi duduk di hadapan Si Ibu dan anaknya ini.
Karena memang sudah tahu duduk permasalahannya Pak Budi langsung ke duduk
permasalahan (nah bingung lagi kan bahasanya, pis lagi deh)
“Jadi
gini, Bu. Nak Zeli ini sudah hampir 2 minggu tidak masuk tanpa keterangan.
Apalagi kelakuannya kami sudah tidak bisa menolelir.” Pak Budi berhenti
sebentar. Ibu ini hanya mengangguk-angguk. Sedangkan Zeli dan Pak Udin hanya
senyum-senyum saja.
“Kami
mohon kepada Ibu dan keluarga lebih memperhatikan sehingga Zeli tidak sampai
kebablasan.” Pak Budi masih serius dengan nasehatnya.
“Mungkin
jika Zeli tidak bisa mengubah kelakuannya kemungkinan besar nanti kami tidak
bisa menaikkan. Bagaimana Bu, apa Ibu bisa mengerti?”
Sejurus
kemudian kagetlah Pak Budi karena Ibu ini kemudian menjawab, “Uh...a..u.
Au...ah...uu kata Si Ibu dengan semangat dibarengi gerakan tangan yang
meyakinkan. Tentu saja Pak Budi kaget campur menahan tawa. Langsung saja ia
melotot pada Zeli.
“Zel,
ini ibumu bukan?”
“Bukan,
Pak!”
“Terus,
siapa dia.”
“Tetangga,
Pak”
“Orang
bisu koq diajak ke sini.”
“Habis
di rumah adanya cuma ini, Pak. Tak ada rotan akarpun jadi he he he.”
Pak Budi
hanya menghela nafas sia-sialah nasehat dia tadi. Sedangkan Pak Udin tak bisa
menahan tawa langsung keluar.
Begitulah,
misi memberi bimbingan Konseling hari itu yang serius dilakukan Pak Budi gatot
alias gagal total.
Contoh Sampul Bukunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar